KAIRO--Kondisi Mesir dikabarkan tenang setelah terjadi kerusuhan berdarah yang menewaskan 525 jiwa. Kondisi saat ini merupakan buah penerapan jam malam yang berlaku mulai pukul 18.00 hingga 06.00 di beberapa provinsi.
Mengutip laporan Reuters, lampu lalu lintas mulai kembali aktif menyinari jalanan di Kairo. Pemerintah Mesir juga sudah menetapkan status darurat selama sebulan ke depan dan memberlakukan jam malam di 14 provinsi.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Mesir menyebutkan, 525 orang tewas dan 3.717 lainnya cedera. Namun, kelompok Ikhwanul Muslimin, penggagas unjuk rasa, mengungkapkan bahwa korban yang tewas lebih dari 2.000 jiwa.
BACA JUGA: Anjing Dijadikan Singa di Tiongkok
Tiga wartawan dilaporkan tewas dalam insiden tersebut. Dua di antaranya, Michael Deane dan Habiba Ahmad Abd Elaziz, tewas setelah menerima peluru dari penembak jitu. Deane adalah kamerawan stasiun televisi Sky News dan Elaziz merupakan wartawan harian Gulf.
Wartawan dari surat kabar Al Akhbar, Ahmed Babel Gawad, dilaporkan juga tewas saat meliput kerusuhan. Namun, belum diketahui penyebab kematian Gawad.
BACA JUGA: Ayah Edward Snowden Langgar Proteksi
Terlepas dari perdebatan tentang jumlah korban, kekerasan saat pembubaran kamp pengunjuk rasa itu merupakan yang paling berdarah sejak maraknya unjuk rasa prodemokrasi lebih dari dua tahun lalu yang berhasil menjatuhkan Presiden Husni Mubarak.
Kekerasan terbaru tersebut juga memicu meluasnya kecaman dunia internasional. Wakil Presiden Mesir Mohammad el Baradei mengundurkan diri karena tidak setuju dengan pertumpahan darah. Para pemimpin negara juga mengucapkan keprihatinan atas jatuhnya banyak korban.
Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan mengimbau Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa segera turun tangan menyikapi pertumpahan darah di Mesir tersebut. "Mereka yang diam melihat pembantaian ini sama bersalahnya dengan yang melakukan pembantaian," tegasnya.
"Saya menyeru kepada negara-negara Barat, kalian diam di Gaza, juga diam di Syria. Kalian masih diam pula di Mesir. Jadi, bagaimana kalian bisa bicara mengenai demokrasi, kebebasan, nilai-nilai global, dan hak asasi manusia?" lanjut Erdogan.
Amerika Serikat mengutuk kekerasan tersebut. Mereka mendesak semua pihak menahan diri dan mengupayakan dialog untuk mencari solusi politik. "Rakyat Mesir di dalam dan di luar pemerintahan harus mundur selangkah. Mereka harus menenangkan situasi dan menghindarkan korban jiwa lebih banyak," ungkap Menteri Luar Negeri AS John Kerry.
Sementara itu, Ekuador menarik duta besarnya untuk Mesir setelah kekerasan tersebut pecah. Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan, rakyat Mesir telah memilih Mursi sebagai pemimpin secara konstitusional. "Menyusul kudeta yang menggulingkan Presiden Mursi pada Juli lalu, rakyat Mesir telah terkungkung dalam suasana protes sipil dan represi dari pemerintahan yang de facto," kata Ekuador.
Sementara itu, Ikhwanul Muslimin terus berunjuk rasa di Kairo meski sehari sebelumnya terjadi peristiwa berdarah. "Unjuk rasa di Masjid Al Iman untuk memprotes kematian (demonstran)," ujar kelompok itu dalam sebuah pernyataan.(ken/wan/c5/kim)
BACA JUGA: Marzuki Serukan OKI Segera Bertemu Bahas soal Mesir
BACA ARTIKEL LAINNYA... Minta SBY Tarik Duta Besar RI di Kairo
Redaktur : Tim Redaksi