Korea Utara Terus Bertingkah, Jepang Siagakan Pasukan

Rabu, 19 April 2017 – 12:40 WIB
Tank Korea Utara. Foto: AFP

jpnn.com - Perang urat saraf di Semenanjung Korea terus berlangsung. Negara-negara yang berkepentingan di wilayah tersebut terus-menerus saling ancam. Wakil Menlu Korut bahkan mengaku siap meluncurkan nuklir untuk mendahului serangan AS.

Menilik gaya kepemimpinan Kim Jong-un yang gemar menguji coba misil dibanding dua pendahulunya, pernyataan itu terasa lebih dari sekadar gertak sambal.

BACA JUGA: Korut Semakin Agresif, Tiongkok pun Resah

Jepang langsung merespons. Negara yang dipimpin PM Shinzo Abe tersebut siap mengirimkan pasukan ke Korea Selatan (Korsel). Tujuannya, melindungi sekitar 60 ribu warga Jepang yang berada di negara tersebut dan bersiap jika evakuasi dibutuhkan sewaktu-waktu.

Hal itu diungkapkan Menteri Pertahanan Jepang Tomomi Inada sebagaimana dilansir Jiji Press, Selasa (18/4).

BACA JUGA: Mie Serangga Ini Hits Banget di Jepang Lho, Mau Coba?

Jika benar terjadi, kedatangan pasukan militer Jepang ke Korsel tidak akan disambut dengan baik. Sebab, warga Korsel masih trauma dengan pendudukan Jepang pada 1910–1945.

Kehadiran pasukan Jepang bisa memicu kemarahan penduduk. ’’Pengiriman pasukan diperbolehkan berdasar peraturan perundangan Jepang dan jika negara yang hendak didatangi setuju,’’ kata Inada.

BACA JUGA: Garuda Gandeng Perusahaan Jepang Garap MRO di Batam

Dalam wawancara dengan BBC yang dirilis Senin malam (17/4), Wakil Menteri Luar Negeri Korut Han Song-ryol menyatakan, pihaknya masih berencana kembali menguji coba misil-misilnya.

Korut tak jera meski uji coba misil terakhirnya pada Minggu (16/4) gagal total. ’’Kami akan lebih sering melakukan uji coba misil setiap minggu, setiap bulan, dan setiap tahun,’’ tegas Han.

Ancaman dari Amerika Serikat (AS) tidak menciutkan nyali pemerintah Korut. Dia menambahkan, jika Paman Sam sampai menggunakan kekuatan militer, Korut siap membalas dengan melakukan perang habis-habisan.

Wakil Presiden AS Mike Pence memang sempat mengancam Pyongyang saat bertemu dengan Presiden (sementara) Korsel Hwang Kyo-ahn. Pence mengungkapkan, serangan besar-besaran AS ke Syria dan Afghanistan baru-baru ini merupakan bukti kekuatan militer Washington.

’’Jika AS berencana menyerang kami, kami akan bereaksi dengan serangan nuklir pendahuluan melalui gaya dan metode kami sendiri,’’ tegas Han. Pekan lalu, media milik pemerintah Korut memberitakan bahwa Korut akan menyerang AS dengan menggunakan senjata nuklir jika sampai terjadi agresi militer.

Pernyataan Han tersebut tentu saja membuat ketegangan di Semenanjung Korea melambung. Pada saat yang hampir bersamaan, Wakil Duta Besar Korut untuk PBB Kim In-ryong mengecam kedatangan kapal induk USS Carl Vinson milik AS di perairan perbatasan Korut dan Korsel.

’’Tindakan AS itu menciptakan situasi berbahaya yang bisa mengakibatkan perang termonuklir pecah kapan saja di Semenanjung Korea serta memunculkan ancaman serius terhadap perdamaian dan keamanan dunia,’’ tegas Kim saat menggelar konferensi pers di New York.

Korut sudah sering mengeluarkan pernyataan-pernyataan bernada ancaman. Namun, pernyataan kali ini, sepertinya, bukan isapan jempol belaka. Kim menambahkan, AS-lah yang mengganggu stabilitas dan perdamaian global.

Mereka menginvasi negara berdaulat dan mengklaim bahwa tindakan itu tegas, adil, dan proporsional.

Menurut Kim, logika yang digunakan AS sama seperti gangster. Korut sudah siap jika AS sampai menyerang. Serangan apa pun yang dilakukan AS akan dibalas serupa.

Sementara itu, Pence yang tengah melawat ke Jepang memastikan keamanan Negeri Sakura. Pence bertemu dengan Shinzo Abe kemarin (18/5).

Keduanya sepakat harus mendorong Tiongkok berperan lebih besar dalam menenangkan Korut. Selama ini, Tiongkok adalah sekutu terbesar Korut.

’’Presiden Donald Trump ingin bekerja sama dengan Jepang, Korsel, dan semua sekutu kami di wilayah ini serta dengan Tiongkok untuk mencapai resolusi damai dan denuklirisasi di Semenanjung Korea,’’ ujar Pence kepada para jurnalis di Tokyo.

AS berencana menambah sanksi bagi Korut. Di antaranya, embargo minyak, larangan global terhadap maskapai asal Korut, dan hukuman bagi bank Tiongkok yang memiliki kerja sama bisnis dengan Pyongyang.

Tidak diketahui apakah sanksi tambahan itu bisa mengekang Korut. Sebab, selama ini resolusi dan berbagai sanksi di dalamnya yang dikeluarkan PBB tidak mempan.

Sejak Februari lalu, Tiongkok ikut mendukung sanksi PBB dengan menghentikan impor batu bara dari Korut.

Namun, saat parade militer dalam Day of the Sun pada Sabtu (15/4), Pyongyang menggunakan truk-truk besar buatan Tiongkok untuk mengangkut misil-misil yang mereka pamerkan. (AFP/Reuters/BBC/CNN/sha/c23/any)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sulut Jajaki Kerja Sama Bidang Perikanan Dengan Jepang


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler