Koreksi IHSG Berlanjut sampai Akhir Perdagangan

Kamis, 11 Desember 2014 – 22:00 WIB

jpnn.com - JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) masih bertahan di zona merah. Pada penutupan hari ini (11/12) IHSG ditutup turun 12,712 poin (0,25 persen) ke level 5.152,695 dan indeks LQ45 turun 3,588 poin (0,40 persen) ke level 886,485.

Frekuensi transaksi perdagangan reguler hari ini mencapai 244.373 kali dengan volume 4,617 miliar saham atau Rp 4,409 triliun. Sebanyak 148 saham naik, 176 saham turun, dan selebihnya stagnan.

BACA JUGA: AirAsia Tunjuk Park Ji Sung sebagai Brand Ambassador Global

Saham-saham dengan kenaikan nilai tertinggi (top gainers) antara lain Tembaga Mulia (TBMS) naik 450 (5,00 persen) ke level 9.450. HM Sampoerna (HMSP) naik 350 (0,52 persen) ke level 68.000. Saratoga (SRTG) naik 325 (6,63 persen) ke level 5.225. Asahimas Flat Glass (AMFG) naik 225 (3,08 persen) ke level 7.525.

Sebaliknya, saham-saham turun dengan nilai paling dalam (top losers) di antaranya Indo Tambangraya (ITMG) turun 600 (3,59 persen) menjadi 16.100. Lionmesh (LMSH) turun 250 (6,25 persen) menjadi 5.625. Matahari Department Store (LPPF) turun 250 (2,42 persen) menjadi 15.125. Indofood CBP (ICBP) turun 300 (2,54 persen) menjadi 11.500.

BACA JUGA: Pasar Tunggu BI Rate, IHSG Berbalik ke Zona Hijau

Bertahannya BI Rate atau suku bunga acuan di level 7,75 persen belum berpengaruh terhadap pergerakan IHSG hari ini. Sebaliknya, sentimen dari global antara lain respon pelaku pasar dalam memandang positifnya data inflasi Tiongkok yang jatuh ke level terendah dalam 5 tahun. ”Artinya kejatuhan inflasi CPI (consumer price index) maupun PPI (producer price index) berpotensi membuka ruang bagi para pembuat kebijakan untuk mempercepat reformasi yang dibutuhkan bagi ekonomi,” ungkap Tim Riset PT Valbury Asia Securities.

Meskipun penurunan inflasi yang cukup tajam, ini mengindikasikan tingkat permintaan domestik lemah dan inflasi CPI jatuh di bawah. Sementara, indeks PPI turun untuk 33 bulan berturut-turut dengan laju penurunan 2,7 persen dari bulan sebelumnya di level 2,2 persen. ”Perkembangan dari pasar teranyar, bahwa indeks saham bursa Wall Street (AS) turun signifikan setelah pelaku pasar bursa AS itu masih mengkhawatirkan harga minyak yang turun ke level terendah dalam lima tahun.”

BACA JUGA: PLN Raih Penghargaan KPK sebagai BUMN dengan UPG Terbaik

Selain itu, OPEC juga menurunkan proyeksi permintaan minyak ke level terendah dalam 12 tahun, sedangkan di sisi lain pasokan minyak shale AS melimpah dan estimasi berkurangnya konsumsi global.(gen/dio)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lawson Resmi Jadi Salah Satu Pemilik Alfamart


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler