"Sekarang ini paling banyak karena konsumsi listrik yang tinggi, terjadi penyimpangan prosedur pemasangan instalasi listrik," kata Yayat saat dihubungi wartawan, Jumat (24/8).
Yayat menilai wajar apabila pada bulan Ramadhan tahun ini banyak terjadi kebakaran. Pasalnya, saat bulan puasa pemakaian listrik rumah tangga lebih banyak di banding hari biasa. Apalagi, bulan Ramadhan tahun ini berlangsung saat cuaca kemarau yang panas.
"Ya, 24 jam kebutuhan akan listrik selama bulan puasa. Bulan puasa itu mungkin warga panas, nyalakan AC, kipas angin, makanan dimasukan ke kulkas sementara kebutuhan listrik tinggi, dayanya terbatas. Akhirnya spanyol atau separuh nyolong, dengan perangkat yang di bawah standar. Bisa dibayangkan listrik terus digunakan selama 24 jam kali 30 hari," papar Yayat.
Menurut Yayat, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta belum maksimal melakukan pencegahan. Padahal, mayoritas warga Jakarta khususnya di pemukiman padat penduduk belum terlalu paham soal pemasangan instalasi listrik yang aman.
Yayat mendorong Pemprov DKI untuk segera melakukan upaya pencegahan kebakaran dengan sosialiasi dan pendampingan terhadap warga mengenai pemasangan listrik yang benar. Ia menilai, Pemrov DKI belum melakukan upaya pencegahan apapun untuk menekan kasus kebakaran.
"Pencegahan harus dimulai hari ini, tidak bisa menunggu lagi. Saya tidak mengerti mengapa bisa sampai tertunda, apakah karena pilkada, karena sampai sekarang tidak terlihat ada tindakan," tegasnya. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Foke Pamer Anggaran Pendidikan DKI
Redaktur : Tim Redaksi