jpnn.com, JAKARTA - Kebijakan pemerintah yang lebih mengutamakan ojek online (ojol) dan korban PHK (pemutusan hubungan kerja) dampak wabah virus corona COVID-19, ternyata melukai hati honorer K2. Mereka merasa pemerintah tidak adil memperlakukan anak bangsa.
"Wahai pak presiden. Tolong dong. Jangan ojol dan korban PHK melulu yang diperhatikan. Kami honorer K2 juga perlu diperhatikan," kata Koordinator Wilayah Perkumpulan Hononer K2 Indonesia (PHK2I) Jawa Tengah Ahmad Saefudin kepada JPNN.com, Rabu (15/4).
BACA JUGA: Pemegang Kartu Prakerja dapat Rp 3,55 Juta, Ini Perinciannya
Dia mengungkapkan, saat ini 439 ribuan honorer K2 termasuk di dalamnya yang sudah lulus PPPK (pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja) menjerit karena semakin kejepit akibat corona. Belasan hingga puluhan tahun berpenghasilan kurang layak.
"Nasib kami juga tidak jelas beeeeerrr tahuun tahuuun lamanya," ujarnya dengan nada kesal.
BACA JUGA: Mas Nadiem, Tolong Bikin Juknis BOS Bisa untuk Kuota Internet
"Kami juga anak bangsa. Anak bapak tidak hanya ojol tetapi kami juga anak bapak. Jangan pilih kasih dong, Pak Presiden," sambung Ahmad.
Jeritan hati honorer K2 juga disampaikan Koordinator Wilayah PHK2I DKI Jakarta Nur Baitih. Medsos dan media massa saat ini hanya tertuju pada nasib ojol dan korban PHK.
BACA JUGA: TPP PNS Dipotong, Mulai Staf Kelurahan Hingga Pejabat Eselon, Ini Besarannya
"Pertanyaanya, emang iya honorer K2 enggak perlu diperhatikan. Apa benar honorer itu sudah enggak perlu dibantu lagi," ujar Nur.
Dia melanjutkan, apakah iya hidup honorer lebih enak daripada ojol dan korban PHK. “Emang iya kah, gaji honorer yang sudah bekerja sekian puluh tahun lebih besar dari penghasilan ojol,” cetus Nur.
Atau gaji karyawan pabrik di Jabodetabek di atas 4,5 juta per bulan.
"Emang iya yah, perhatian pemerintah beralih kepada Ojol dan korban PHK. Emang berapa banyak sih kontribusi yang mereka sumbang untuk bangsa dan negara ini. Sementara kami tenaga honorer sudah jelas, nyata kontribusi kami di dunia kesehatan dan pendidikan," tandasnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad