JAKARTA - Pengacara Angelina Sondakh, Teuku Nasrullah mengatakan, kliennya telah diperlakukan tidak adil oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Perlakuan tidak adil KPK terhadap Angie, menurut Nasrullah berlangsung selama tiga bulan.
"Angie disiksa selama tiga bulan karena status tersangkanya diumumkan KPK ke publik tiga bulan sebelum Angie ditahan KPK," kata Teuku Nasrullah, dalam dialektika demokrasi bertema "Dramaturgi Korupsi ala Angie dan Wa Ode Nurhayati" di press room DPR, Senayan Jakarta, Kamis (10/5).
Tiga bulan berstatus tersangka, lanjut Nasrullah, selama itu pula KPK membangun opini bahwa Angelina Sondakh adalah orang yang bersalah.
Celakanya, kata dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) itu, setelah Angie ditahan ternyata KPK belum menyusun materi pertanyaan, sementara di ranah publik beredar berita mengenai aliran dana yang dihubung-hubungkan dengan Angelina Sondakh.
Menurut Nasrullah keluarnya status tersangka sebelum Angie diperiksa oleh KPK terkait dugaan tindak pidana korupsi pembangunan Wisma Atlit dan di Kemendikbud tiga bulan sebelum kliennya ditahan oleh KPK merupakan pertama kali terjadi dalam sejarah KPK di Indonesia.
Demikian juga halnya dengan pembangunan opini yang saat ini dikesankan Angie terlalu banyak meminta fasilitas selama ditahan di rutan KPK.
Soal permintaan Al-Quran Digital misalnya. Menurut Nasrullah permintaan itu sangat manusiawi karena Angelina Sondak terbilang baru jadi Mualaf. "Dia meminta Al-Quran Digital itu karena Angie ingin betul mempelajari agama Islam karena baru Mualaf. Pihak keluarga Angie sendiri sudah mengrim Al-Quran Digital tersebut tapi hingga kini tidak boleh masuk ruang tahanan klien saya," kata Nasrullah.
Lalu soal permintaan guru mengaji, itu juga berkaitan langsung dengan hasrat batin Angie yang ingin memperlajari Agama Islam.
Lebih lanjut Nasrullah menjelaskan soal jam bezuk bagi anak-anaknya yang disamakan dengan jam bezuk umum yang berakhir sekitar pukul 15.00 Wib. Pukul 15.00 Wib itu anak Angie baru selesai sekolah. Sabtu dan Minggu tidak boleh bezuk. Anak Angie ada yang berusia di bawah lima tahun yang kini menjadi yatim yang sangat tergantung dengan ibunya.
"Kita tidak paham apa alasan KPK tidak memenuhi satupun permintaan Angie dan bahkan menjadikan permintaan Angie sebagai komoditi berita yang dikesankan Angie terlalu banyak permintaan," kata Nasrullah.
Mengenai permintaan Al-Quran Digital, guru mengaji dan menyesuaikan jam bezuk yag tidak dipenuhi KPK, Nasrul menduga, mungkin KPK menganggap tiga hal tersebut masuk dalam kategori yang bisa membahayakan negara.
Terkait perlakuan yang diterima oleh kliennya yang masih dalam status tersangka, Nasrullah mengingatkan jangan sampai ada upaya untuk membangun penjara Guantanamo di Indonesia. "DPR sebagai lembaga kontrol terhadap proses dan penegakkan hukum di Indonesia harus mencermati ini semua," tegas Teuku Nasrullah. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Evakuasi Jalur Darat Alternatif Terakhir
Redaktur : Tim Redaksi