KPPU Temukan 12 Perusahaan Terlibat Kartel Ayam

Jumat, 20 Mei 2016 – 11:47 WIB
Logo KPPU. Foto: kppu.go.id

jpnn.com - BOGOR – Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menemukan 12 perusahaan besar yang terlibat kartel ayam di Indonesia. Bahkan, 12 perusahaan itu mengontrol suplai serta harga ayam di pasaran. Komisioner KPPU Saidah Sakwan menyatakan, kartel di bisnis ayam tersebut terjadi sejak amandemen UU Peternakan 2009.

’’Sejak diamandemen, perusahaan yang dulu hanya bergerak di sektor hulu diperbolehkan bergerak di hilir. Akibatnya, mereka menguasai peta pemasaran ayam di Indonesia, bahkan dari pakan sampai jumlah ayam yang ada di pasar,’’ katanya. KPPU pun menemukan mereka melakukan apkir dini parent stock 6 juta. Padahal, 1 juta parent stock bisa menghasilkan 150 ayam. Akibatnya, jumlah pasokan ayam di pasar berkurang 6 juta dikali 150 ayam tersebut.

BACA JUGA: Wabup Kosong, Bisa Tempuh Jalur Hukum

’’Hal ini sengaja dilakukan untuk mengurangi suplai dan menaikkan harga. Secara horizontal, kita melihat ada kesepakatan untuk memusnahkan 6 juta parent stock,’’ katanya. Pembatasan tersebut berdampak terhadap kenaikan harga DOC (day old chicken). Harga DOC sebelum ada kesepakatan mencapai Rp 3.800. Setelah adanya kesepakatan apkir dini, 2 juta saja harga DOC naik menjadi Rp 5.300. ’’Sedangkan secara vertikal kita juga menemukan ternyata ada hubungan eksploitasi antara perusahaan di hulu dan para peternak ayam seperti peternak mandiri,’’ jelasnya. 

Kepala KPPU KPD Surabaya Aru Armando menambahkan, para peternak mandiri selama ini dipasok pakan, vaksin, maupun DOC dengan kualitas lebih rendah daripada peternak mitra perusahaan tersebut. Hal itu membuat jumlah peternak mandiri di Indonesia berkurang sampai 20 persen. Sebab, mereka memilih beralih menjadi peternak mitra.

BACA JUGA: Pemerintah Bogor Libatkan 1.500 Pramuka Pelototi Situs Film Panas

’’Mengapa? Karena mereka akan kesulitan mendapatkan pakan, vaksin, atau bibit ayam. Jika dapat, pasti dengan kualitas dan harga berbeda,’’ ujarnya. Selain itu, para peternak mandiri kalah bersaing dengan peternak mitra yang lebih efisien lantaran terintegrasi dari hulu ke hilir. Nilai kapitalisasinya pun diperkirakan mencapai Rp 450 triliun sejak 2009 sampai sekarang. Dua belas perusahaan besar itu pun telah menguasai 80 persen dari total kapitalisasi bisnis ayam di Indonesia. Sisanya baru bisa dinikmati para peternak mandiri.

’’Kita sarankan mereka kembali ke hulu dan tidak bermain di hilir. Sekarang UU tersebut sedang di-judicial review di MK,’’ paparnya. KPPU akan menerapkan sanksi berupa denda Rp 10 miliar–Rp 25 miliar. Denda tersebut disesuaikan jumlah parent stock yang dibuang setiap perusahaan. Perkara mereka telah mencapai tahap persidangan dan masuk ke pembuktian serta pemeriksaan lanjutan. Di Jawa Timur terindikasi ada tiga perusahaan yang terlibat.

BACA JUGA: Ini Bacagub yang Diundang Bamus Betawi, Tak Ada Nama Ahok

Tudingan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terkait kartel ayam dibantah oleh kalangan peternak. Sebelumnya KPPU menduga ada persekongkolan yang dilakukan oleh 12 pelaku usaha atau perusahaan besar dalam mengatur stok ayam.

Di bagian lain, tuduhan-tuduhan tersebut langsung dibantah oleh peternak rakyat mandiri asal Bogor, Kadma Wijaya. Dalam diskusi di Cikini, Jakarta belum lama ini, Kadma mengatakan apa yang dituduhkan KPPU tidak mendasar. Menurut mereka fluktuasi harga ayam karena over suplai ayam, bukan karena ada permainan kartel.

"Ini tidak mendasar. Apa yang dikatakan oleh KPPU itu tidak benar. Kami menyarankan agar upaya peremajaan ayam yang sudah tua (afkir) dini Parent Stock (PS) yang direncanakan pemerintah seharusnya dilanjutkan untuk segera menyelamatkan nasib peternak mandiri," jelasnya.

Anjloknya harga ayam saat ini, menurut Kadma, murni karena membanjirnya suplai ke pasaran. Dampaknya, harga ayam hidup peternak sangat rendah. "Pemerintah harus segera mengambil tindakan salah satunya dengan melanjutkan upaya afkir dini, agar nasib peternak mandiri yang saat ini tengah merugi segera diselamatkan. Ini sudah sejak lama kami minta," kata dia.

Menurut Kadma, dia bersama tim ad hoc sudah membuat tiga fase. Langkah pertama dua juta sudah berjalan, kedua awalnya 10 juta, namun karena banyak penolakan akhirnya disepakati enam juta. Kemudian Januari sudah tahap ketiga. "Jadi awalnya Oktober-November tahap pertama, lanjutkan Desember tahap kedua, akhir Januari sudah tahap tiga di atas 50 persen, namun ini akhirnya dihentikan karena rekomendasi KPPU tadi,” pungkasnya.(rb/ray/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ibu-Ibu... Telat Bayar PBB Dikenai Sanksi Bayar Segini Loh...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler