jpnn.com - JAKARTA - Terkendalanya pemungutan suara ulang (PSU) di 19 tempat pemungutan suara (TPS) di Sampang, Jawa Timur, disebabkan dua hal. Yaitu, karena kelompok panitia pemungutan suara (KPPS) mengundurkan diri dan juga karena kultur setempat.
Menurut Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman, para anggota KPPS mengundurkan diri karena mereka merasa takut.
BACA JUGA: Tidak Ada yang Mau jadi KPPS untuk PSU di Sampang
"Penyebab lain, kultur masyarakat Sampang. Mereka menilai kalau dilakukan PSU, merasa tidak dihargai. Mereka katakan, kenapa harus PSU di sini, kan sudah selesai," ujar Arief di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (22/4).
Mengatasi kondisi ini, KPU kata Arief, sebenarnya telah mencoba skenario mengganti petugas KPPS di tiap TPS dengan memberdayakan panitia pemungutan suara (PPS) di tingkat desa, ditambah anggota panitia pemilihan kecamatan (PPK), personil KPU Kabupaten dan petugas sekretariat masing-masing.
BACA JUGA: Pleno Ricuh, Caleg Lempar Berkas ke KPU dan Panwas
"Kalau semua orang diterjunkan, tetap belum cukup. Untuk 19 TPS itu dibutuhkan sembilan petugas di tiap TPS-nya. Itu masing-masing 7 orang KPPS dan 2 petugas linmas. Harus ada keterlibatan pihak dari luar, jadi membangun strukturnya memang tidak mudah," katanya.
Karena itu hingga saat ini KPU menurutnya masih mengupayakan cara terbaik guna mengatasi masalah pemilu legislatif di Sampang.
BACA JUGA: ââ¬Å½Politik Uang Makin Brutal
Berbicara lebih lanjut, Arief menyatakan perintah PSU di 19 TPS dikeluarkan setelah adanya rekomendasi dari panitia pengawas pemilu (panwaslu) yang melihat keganjilan saat pemungutan suara 9 April lalu.
Panwas menemukan KPPS baru membuka TPS Pukul 10.00 dan berakhir Pukul 13.00. Selain itu, ada keganjilan dengan perolehan suara yang dibagi secara merata hanya kepada beberapa calon anggota legislatif saja.
"Awalnya dugaan panwas TPS-nya fiktif, tidak pernah didirikan. Lalu dilakukan klarifikasi oleh Bawaslu Provinsi, tidak benar. TPS-nya ada, cuma dugaannya terjadi manipulasi suara. Ada temuan panwas ketika dihitung matematis tidak logis," katanya.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PDIP di Bawah PKB
Redaktur : Tim Redaksi