JAKARTA – Jika mengikuti trend grafik Pemilu 1999 hingga 2009, diperkirakan tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2014 nanti hanya menyentuh 54 persen dari total pemilih yang ada. Angka itu diperkirakan turun 17 persen dari tingkat partisipasi pemilu 2009 yang mencapai 71 persen.
Menurut Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hadar Nafis Gumay, sejumlah hasil survei menunjukkan tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 1999 mencapai 93 persen. Namun pada Pemilu 2004, angkanya menurun menjadi 84 persen atau ada penurunan 9 persen.
Sedangkan pada Pemilu 2009, tingkat partisipasi pemilih hanya berjumlah 71 persen. Jika dibanding pemilu 2004, berarti ada penurunan 13 persen atau bertambah 4 persen dari penurunan yang terjadi sebelumnya.
“Kalau meneruskan tren ini, maka sebagai proyeksi sederhana pada tahun 2014 penurunnya 13 persen ditambah 4 persen dari total pemilih pada pemilu sebelumnya. Pemilu 2009 disebut tingkat partisipasi pemilih 71 persen berarti dikurang 17 persen, maka pada 2014 tingkat partisipasi pemilih hanya 54 persen,” katanya di Jakarta, Kamis (18/7).
Hadar menambahkan, perkiraan ini tentu tidak bisa dianggap sepele. Apalagi, dari pelaksanaan sejumlah Pemilihan Gubernur (Pilgub) sepanjang 2010-2013 juga terlihat adanya trend penurunan partisipasi pemilih.
“Paling rendah itu Pemilihan Gubernur Sumatera Utara yaitu 48 persen, tertinggi Nusa Tenggara Timur 78 persen. Tapi jumlahnya tidak berbanding lurus dengan pemilih di Sumut. Untuk Jawa Tengah juga tingkat partisipasinya hanya 52 persen. Jadi angkanya di kisaran 54 persen. Belum termasuk DKI Jakarta. Makanya ini akan terus kita upayakan,” ujarnya.
Untuk itu, lanjut Hadar, KPU mengajak semua pihak untuk peduli terhadap persoalan itu. KPU pun tentu tidak tinggal diam.
“Saat ini jumlah penyelenggara pemilu itu totalnya 4,5 juta jiwa. Artinya masing-masing penyelenggara pemilu harus bisa menyampaikan ke 40 orang pemilih. Semakin dekat dengan pemungutan suara, pola kerja KPU konsentrasinya juga semakin dekat dengan pemilih. Makanya kita membentuk Panitia Pemilihan Kecamatan, lalu Panitia Pemungutan Suara (PPS) di tingkat kelurahan,” katanya.(gir/jpnn)
Menurut Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hadar Nafis Gumay, sejumlah hasil survei menunjukkan tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 1999 mencapai 93 persen. Namun pada Pemilu 2004, angkanya menurun menjadi 84 persen atau ada penurunan 9 persen.
Sedangkan pada Pemilu 2009, tingkat partisipasi pemilih hanya berjumlah 71 persen. Jika dibanding pemilu 2004, berarti ada penurunan 13 persen atau bertambah 4 persen dari penurunan yang terjadi sebelumnya.
“Kalau meneruskan tren ini, maka sebagai proyeksi sederhana pada tahun 2014 penurunnya 13 persen ditambah 4 persen dari total pemilih pada pemilu sebelumnya. Pemilu 2009 disebut tingkat partisipasi pemilih 71 persen berarti dikurang 17 persen, maka pada 2014 tingkat partisipasi pemilih hanya 54 persen,” katanya di Jakarta, Kamis (18/7).
Hadar menambahkan, perkiraan ini tentu tidak bisa dianggap sepele. Apalagi, dari pelaksanaan sejumlah Pemilihan Gubernur (Pilgub) sepanjang 2010-2013 juga terlihat adanya trend penurunan partisipasi pemilih.
“Paling rendah itu Pemilihan Gubernur Sumatera Utara yaitu 48 persen, tertinggi Nusa Tenggara Timur 78 persen. Tapi jumlahnya tidak berbanding lurus dengan pemilih di Sumut. Untuk Jawa Tengah juga tingkat partisipasinya hanya 52 persen. Jadi angkanya di kisaran 54 persen. Belum termasuk DKI Jakarta. Makanya ini akan terus kita upayakan,” ujarnya.
Untuk itu, lanjut Hadar, KPU mengajak semua pihak untuk peduli terhadap persoalan itu. KPU pun tentu tidak tinggal diam.
“Saat ini jumlah penyelenggara pemilu itu totalnya 4,5 juta jiwa. Artinya masing-masing penyelenggara pemilu harus bisa menyampaikan ke 40 orang pemilih. Semakin dekat dengan pemungutan suara, pola kerja KPU konsentrasinya juga semakin dekat dengan pemilih. Makanya kita membentuk Panitia Pemilihan Kecamatan, lalu Panitia Pemungutan Suara (PPS) di tingkat kelurahan,” katanya.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KarSa Dihantam Kampamye Hitam, Khofifah Geber Konsolidasi
Redaktur : Tim Redaksi