Kredit Macet Tinggi, Investasi Sektor Maritim Minim

Kamis, 02 Oktober 2014 – 08:34 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Investasi ke sektor maritim sesungguhnya masih memiliki peluang yang besar. Sayangnya, potensi tingkat kredit macet yang tinggi membuat kalangan perbankan kurang antusias menggelontorkan pembiayaannya ke sektor tersebut.

 

Direktur Utama PT Bank Mandiri (persero) Tbk Budi Gunadi Sadikin mengatakan, posisi non performing loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah pada usaha maritim cukup tinggi, di atas rata-rata NPL perseroan yang berada di bawah 2 persen.

BACA JUGA: Jika BBM Naik November, Inflasi Akhir Tahun Bisa 8,5 Persen

"Akhir-akhir ini agak tinggi (NPL) karena pengaruh ekonomi global. Khususnya bisnis transportasi kapal memang ada pressure sama seperti bisnis penerbangan," ungkapnya usai acara Ocean Investment Summit di Hotel Ritz Carlton, kemarin (1/10).

BACA JUGA: Percaya Diri Bangun Kapal Dalam Negeri


Karena itu, Budi mengaku, pihaknya kini lebih hati-hati dan selektif untuk membiayai proyek-proyek maritim. Beberapa proyek maritim yang sudah dibiayai antara lain pembuatan shipyard atau galangan kapal untuk kapal-kapal Departemen Pertahanan di Batam, dan pembangunan storage untuk kolektor ikan dari nelayan-nelayan di Surabaya.

"Artinya kami tetap kasih, tapi hati-hati saja. Karena bank kan manage uang masyarakat. Jadi itu harus kami taruh di sektor-sektor yang memang aman," paparnya.

BACA JUGA: Harga BBM Naik, BI Jamin Bunga Tetap

Berdasarkan data Bank Mandiri hingga Juni 2014, pembiayaan perseroan di proyek infrastruktur mencapai Rp 56,128 triliun. Posisi tersebut hampir melampaui capaian akhir 2013 yang sebesar Rp 58,338 triliun. Serta meningkat signifikan dibandingkan akhir 2012 yang mencapai Rp 40,460 triliun dan 2011 sebesar Rp 34,193 triliun.

Penyaluran kredit paling besar tersedot untuk proyek transportasi senilai Rp 15,270 triliun per Juni 2014. Lalu diikuti proyek minyak dan gas sebesar Rp 14,351 triliun. Sementara proyek listrik, telekomunikasi, dan jalan masing-masing Rp 12,535 triliun, Rp 9,237 triliun, dan Rp 4,735 triliun.

Di sisi lain, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo mengatakan, apabila Indonesia menerapkan konsep Ekonomi Biru, diharapkan mampu mendongkrak potensi perekonomian di tanah air dari sisi sustainability dan productivity.

"Potensi ekonominya bisa mencapai USD 1,2 triliun per tahun. Karena kita ini punya garis pantai nomor empat terbesar di dunia. Butuh SDM mencapai 40 juta orang," tuturnya. Saat ini, ia menambahkan, Indonesia juga menyumbang 50 persen produksi mutiara di dunia.

Selain dari sisi ekonomi, tutur pria yang akrab Cicip tersebut, ekonomi biru juga dapat meningkatkan peran laut untuk mengurangi emisi karbon secara global. Setidaknya, laut di Indonesia mamu mereduksi 25 persen emisi karbon global.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Bank Asing di Indonesia (The Foreign Banks Association of Indonesia/FBAI) Joseph Abraham mengatakan, pembangunan infrastruktur maritim akan sangat susah terwujud apabila hanya mengandalkan"budget"dari pemerintah saja yang jumlahnya terbatas.

"Kami rasa bank asing punya peran kunci untuk menyediakan pembiayaan pembangunan infrastruktur," terangnya. (gal)

Potensi Investasi Sektor Maritim :

-Galangan kapal2 juta GT/tahun 600.000 GT/tahun
-Kapasitas kapal1,5 juta DWT 850.000 DWT
-SDM40 juta orang 32 juta orang
-Kontribusi ekonomiUSD 1,2 triliun/tahun USD 10,5 miliar/tahun*

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan; diolah
Keterangan: *) dari nilai produksi ikan

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Proyek Tol Terganjal Lahan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler