Data statistik perbankan terbaru yang dirilis BI menunjukkan, pada Januari 2013 nilai fasilitas kredit yang sudah disetujui bank namun belum ditarik oleh calon debitor atau kredit yang masih nganggur tercatat Rp 848,82 triliun. Pada Februari, angkanya naik menjadi Rp 859,37 triliun, lalu turun pada Maret ke Rp 848,32 triliun, dan naik lagi pada April.
Jika dibandingkan dengan undisbursed loan pada periode April 2012 yang sebesar Rp 719,50 triliun, angka April 2013 naik 19,5 persen. Namun, angka periode April 2013 masih di bawah rekor undisbursed loan pada November 2012 lalu yang mencapai Rp 898,23 triliun. Pada Desember 2012, angkanya lantas menyusut menjadi Rp 817,27 triliun.
Menurut Difi, tingginya undisbursed loan mengindikasikan terjadinya permasalahan di sektor riil. Akibatnya, perencanaan yang sudah disusun seperti ekspansi bisnis tidak bisa dijalankan. "Karena proyek tidak jalan, kreditnya tidak dicairkan," jelasnya.
Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto mengatakan, salah satu penyebab tingginya undisbursed loan adalah rendahnya daya serap dunia usaha. Karena itu, meski sudah mendapat persetujuan kredit perbankan, pelaku usaha tidak mencairkannya. "Faktornya bisa karena ada hambatan dalam operasional atau ekspansi," katanya.
Selain itu, pelaku usaha sektor konstruksi dan infrastruktur yang menjadi salah satu penyumbang terbesar undisbursed loan, seringkali menyatakan mereka belum mencairkan kredit karena masih terhambat masalah pembebasan lahan. "Jadi memang proyeknya belum bisa jalan," ucapnya.
Corporate Secretary Bank Rakyat Indonesia (BRI) Muhammad Ali mengatakan kebanyakan undisbursed loan berasal dari perusahaan yang bergerak di sektor infrastruktur, sehingga pembebasan lahan menjadi kunci utama jalannya proyek. "Jika ekonomi membaik dan proyek infrastruktur lancar, undisbursed loan akan turun," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, selain permasalahan lahan, banyaknya kredit yang belum terserap oleh pengusaha disebabkan kondisi krisis ekonomi global yang belum membaik, sehingga beberapa pelaku usaha mengerem ekspansi, terutama yang berorientasi ekspor. "Sebagian memang wait and see," katanya. (owi/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Giliran Harga Telur Naik
Redaktur : Tim Redaksi