"Harus ganti full. Itu ada dalam kontrak pengadaannya. Kalau sudah serah terima resmi, baru kami yang bertanggung jawab," ujar Hartind saat dikonfirmasi di Jakarta kemarin.
TNI AL memesan empat unit kapal tersebut. Namun, baru tahapan uji coba berlayar untuk dilihat apa saja yang kurang guna disempurnakan.
"Kapal ini belum diserahterimakan secara resmi. Setiap pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista), selalu ada proses serah terima secara resmi dari pihak pembuat kepada kementerian pertahanan untuk kemudian diteruskan kepada matra pengguna. Serah terima itu dilakukan oleh Menhan," katanya.
Karena itu, yang dilakukan pada 31 Agustus lalu bukan serah terima secara resmi. "Itu barus semacam perkenalan ke publik," kata mantan atase pertahanan KBRI Malaysia itu. Nah, ketika kemudian terjadi sesuatu seperti terbakarnya kapal kemarin, pihak produsen yang bertanggung jawab sepenuhnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Untung Suropati. "Kami tidak bertanggung jawab karena kapal tersebut statusnya belum milik TNI Angkatan Laut," katanya.
Untung mengaku belum mengetahui seperti apa perjanjian ke depan paska kebakaran KRI Klewang tersebut. Pihaknya belum mengetahui penyebab terbakarnya kapal.
Sementara itu, Kadispen Armatim Letkol Laut Yayan Sugiana mengatakan, Panglima Armatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono sudah meluncur ke lokasi kebakaran untuk melihat langsung kondisi kapal. Selain itu juga akan segera dilakukan pemeriksaan terkait penyebab kebakaran. "Antara Armatim dengan pembuat kapal sepakat membuat tim khusus untuk mendalami peristiwa ini," ujarnya.
Menurut rencana, KRI Klewang akan ditempatkan di Armatim. Untuk itu, Armatim menyiapkan 33 personel untuk mengoperasikan kapal tersebut.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi Indonesia Rizal Darmaputra berpendapat, investigasi mendalam harus dilakukan dan melibatkan intelijen militer. "Semua kemungkinan harus diperiksa. Termasuk adanya kemungkinan sabotase pihak lain," katanya.
KRI Klewang merupakan proyek bergengsi yang sangat membanggakan. "Agak janggal ketika tiba-tiba terbakar. Kapal ini bukan seperti proyek eksperimen, tapi pasti ada sistem security yang ketat. Ini yang jadi tantangan tim penyelidik," katanya.
Alumnus IDSS Jenewa itu berharap hasil investigasi diumumkan secara terbuka. "Supaya publik tahu, karena uang yang dipakai membuat itu juga dari dana pajak rakyat," ujarnya. (rdl/riq/ca)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapal Perang Rp 114 Miliar Ludes Terbakar
Redaktur : Tim Redaksi