PADANG--Distribusi BBM mulai berjalan ke SPBU-SPBU di Kota Padang, meski terlihat masih terjadi antrean panjang kendaraan yang mengular hingga ke jalan lintas di luar SPBU. Akibat cepatnya habis pasokan BBM yang dipasok Pertamina.
Namun masyarakat masih kesulitan mendapatkan minyak. Hal tersebut turut dirasakan sebagian nelayan di Padang. Akibat kesulitan dan tidak bisa mendapatkan jatah bahan bakar, sejumlah nelayan pun terpaksa memarkirkan kapalnya.
Pantauan Padang Ekspres di kawasan nelayan di Muaro Penjalinan, kawasan pantai Air tawar, Ulakkarang Selatan, hingga menuju sepanjang Pantai Padang dan ke Muaro, terlihat banyak kapal nelayan parkir di pinggir pantai. Hanya beberapa kapal terlihat akan pergi melaut. Sejumlah nelayan memilih tidak melaut dan duduk di posko nelayan.
Yanuwar , 38, Ketua Kelompok Nelayan yang berada di kawasan Ulakkarang mengatakan, nelayan di daerah itu, termasuk dirinya terpaksa tidak melaut. Pasalnya nelayan kesulitan mendapatkan BBM jenis premium dan solar.
Hal itu disebabkan banyaknya pengendara yang antre di SPBU, tempat mereka ditunjuk Pertamina dan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) membeli BBM. Pengendara yang datang mengisi BBM membeludak sehingga jatah nelayan habis.
Disebutkannya dalam melaut nelayan menggunakan bahan minyak jenis premium dan solar yang dicampur dengan takaran 80 persen premium dan 60 persen solar. “Jika hanya dapat solar, sama saja kami tidak bisa melaut, karena minyak harus dicampur,” ujarnya.
Dalam membeli minyak, ia bersama nelayan lainnya telah mendapatkan kupon dari DKP dengan jumlah yang telah ditentukan setiap harinya. Namun karena terjadi krisis BBM sejak tiga hari lalu, nalayan pun kesulitan mendapatkan minyak. Bahkan nelayan yang datang dengan membawa jeriken tidak dilayani petugas SPBU dengan alasan BBM sedikit.
“Walapaun kami sudah datang membawa kupon dari DKP untuk membeli, tapi banyak dari kami tidak kebagian jatah minyak. Biasanya ini tidak pernah terjadi,” ujar Yanuwar kepada Padang Ekspres.
Ia berharap kejadian tersebut tidak berlangsung lama, karena sebagian masyarakat pinggir pantai bergantung hidup dengan hasil melaut. “Kalau kami tidak melaut, anak istri kami tidak bisa makan,” ujarnya.
Anto, 24, Nelayan Purus juga mengeluhkan hal sama. Akibat kesulitan mendapatkan minyak, ia dan nelayan lain tidak melaut sementara waktu. “Sekarang saya tidak melaut, nelayan yang duduk di sana juga tidak melaut, karena tidak dapat bahan bakar,” ujarnya sambil menunjuk ke arah sejumlah nelayan yang sedang duduk di posko nelayan.
Arnedi Yarmen, Ketua Forum Komunikasi Nelayan Kota Padang mengatakan, jika kelangkaan minyak terus terjadi terhadap nelayan, maka bisa berdampak buruk bagi kebutuhan hidup rumah tangga nelayan. "Karena sebagian besar masyarakat pinggir pantai kota Padang menggantungkan hidup dengan cara melaut," katanya.
Ia berharap pemerintah kota bisa segera mengatasi masalah tersebut, agar nelayan dan masyarakat kota lainnya bisa menjalankan aktivitas seperti biasa. Kepala DKP Padang Zalbadri mengakui banyaknya nelayan tidak melaut karena kesulitan mendapatkan BBM. Untuk mengatasi masalah tersebut DKP segera bertemu Pertamina. “Kita akan temui dan hubungi Pertamina,” ujar Zalbadri. Ia berharap nelayan mau bersabar dalam satu dan dua hari ke depan, karena diperkirakan dalam jangka waktu tersebut keadaan akan kembali normal.(w/mg18)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jangan Gegabah Atasi Kisruh Tambang Emas
Redaktur : Tim Redaksi