Krisis BBM Kian Parah

Kamis, 25 November 2010 – 10:22 WIB

KUNINGAN – Belakangan ini Kabupaten Kuningan mengalami krisis Bahan Bakar Minyak (BBM), terutama bahan bakar jenis premiumBahkan, kian hari fenomena krisis tersebut semakin parah

BACA JUGA: 1.240 Pelamar Incar 19 Kursi CPNS

Bupati H Aang Hamid Suganda selaku pimpinan daerah diminta untuk melakukan upaya dalam mengatasi krisis tersebut


Krisis BBM rupanya tidak hanya jenis premium saja

BACA JUGA: Empat Ribu Hektar Sawah Puso

Bensin jenis pertamax pun ikut sulit dicari orang
Terlebih dari belasan Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) yang ada di Kota Kuda, hanya beberapa SPBU saja yang menyediakan bensin pertamax

BACA JUGA: Warga Teriak-teriak dan Serbu Mapolsek



Pantauan Radar Cirebon (Grup JPNN), sejak pagi hingga siang stok premium di sejumlah SPBU kehabisanAkibatnya, sejumlah pengendara baik kendaraan roda dua dan empat, terpaksa harus meninggalkan SPBU yang didatangi dengan perasaan kecewa.  Bagi mereka yang betul-betul kehabisan bensin, terpaksa harus membeli bahan bakar itu di pedagang eceranMeski pedagang eceran memasang harga Rp6000 perliter, namun mereka tetap membelinya

Tak heran jika di sejumlah pedagang eceran, antrean pun terjadiLantaran stok pedagang eceran terbatas, banyak dari pengendara yang tidak kebagian jatahSekitar pukul 11.00 ketika pasokan premium tiba, antrean cukup panjang terjadi di sejumlah SPBUYang terpantau, yakni SPBU Cirendang, Cilowa, Cijoho, dan AncaranRatusan kendaraan roda dua dan empat rela antre dibawah panasnya terik matahari menunggu giliran pengisian

Banyak dari pengendara yang merasa kecewa terhadap minimnya stok BBMPasalnya, bukan hanya premium yang sulit dicari, jenis pertamax juga rupanya sulit dijumpai di sejumlah SPBUSeperti yang dialami Musa (30), pengendara sepeda motor Yamaha MioKetika hendak mengisi pertamax karena tak tahan mengantre di SPBU Cirendang, petugas disana mengatakan kehabisan stok

Kondisi seperti itu mengundang reaksi para wakil rakyat yang duduk di parlemen daerahOyo Sukarya SE misalnya, Wakil Ketua Komisi B DPRD Kuningan itu menyayangkan kebijakan pusat, terutama pertaminaDengan kebijakan kendaraan keluaran 2005 ke atas harus menggunakan pertamax, berimbas kepada seluruh masyarakat kelas menengah ke bawah

”Dampak terhadap ekonomi masyarakat akibat kurangnya pasokan premium sangat beratKami sangat menyayangkan dan merasa prihatinIni pasti akan berpengaruh kepada stabilitas harga dan biaya hidup masyarakatOngkos angkutan pasti naik, begitu juga harga kebutuhan pokok,” ungkap politisi asal Golkar itu kepada Radar, kemarin.

Ia melanjutkan, adanya kebijakan itupun bakal menimbulkan manipulasi bahan bakar oleh oknum SPBUMisalnya dengan cara mengoplos premium dengan pertamax yang dijual dengan harga pertamaxTentu saja itu sangat merugikan masyarakat yang notabene konsumen dari bahan bakar tersebut
Kekhawatiran lainnya, tambah Oyo, SPBU lebih memilih untuk menjualnya ke pedagang eceran ketimbang menjual langsungKekhawatiran itu bisa saja terjadi mengingat banyak SPBU yang ingin meraup untung lebih besar

Hal itu juga dibenarkan Didi Setiadi SPd, anggota dewan lainnyaMenurut dia, adanya kebijakan sekarang sangat berimbas kepada masyarakat menengah ke bawahSatu contoh, seorang peternak yang biasa menggunakan motor butuh untuk mencari rumput di sawah

Lantaran premium terbatas kata dia, produktivitas mereka dalam mencari rumput bakal berkurangAkibatnya lambat laun mereka akan menjual hewan ternaknyaTerlebih desakan kebutuhan semakin tinggi dengan adanya kemungkinan kenaikan harga sembako.

Baik Oyo maupun Didi menilai Pertamina seperti lembaga yang baru berdiri sajaDampak luasnya tidak terpikirkan dengan adanya pemilahan jenis kendaraan pengguna bahan bakarPadahal, petugas SPBU juga sulit untuk membedakan mana kendaraan keluaran baru dan tidakTerlebih di Kuningan, prosentase kendaraan mewah masih relatif kecil dibandingkan kendaraan-kendaraan tua(ded)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Langka, Bensin di Perbatasan Tembus Rp20 Ribu


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler