Dijelaskan, meski produk domestik bruto tumbuh sebesar 0,3 persen selama periode tiga bulan sebelumnya namun konsumsi domestik tetap lemah. Pertumbuhan itu turun dari 1 persen pertumbuhan pada kuartal pertama.
Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, ekonomi tumbuh sebesar 1,4 persen. Permintaan domestik kehilangan momentum dan ekspor kemungkinan akan melemah lebih lanjut karena masalah utang Eropa.
"Ada kemungkinan bahwa Jepang akan kembali mengalami mengalami stagnasi ekonomi pada Juli-September," kata Yuichi Kodama, kepala ekonom di Meiji Yasuda Asuransi Jiwa di Tokyo seperti dilansir BBC (13/8).
Pemulihan ekonomi yang rapuh di AS dan krisis utang yang sedang berlangsung di zona euro, yang merupakan dua pasar terbesar bagi barang-barang Jepang, telah menggerus sektor ekspor negara tersebut.
Disisi lain, kuatnya mata uang Jepang telah mempersulit eksportir dengan membuat barang-barang mereka lebih mahal. Pada saat yang sama, pengeluaran rumah tangga dan konsumsi swasta hanya naik 0,1 persen selama periode tersebut, dari tiga bulan sebelumnya.
Para analis mengatakan perlambatan dalam permintaan, baik eksternal dan domestik, sangat mungkin untuk menekan pembuat kebijakan untuk memperkenalkan langkah-langkah baru untuk memacu pertumbuhan. Tindakan seperti itu diperlukan karena dampak positif dari kegiatan rekonstruksi di daerah yang terkena gempa bumi tahun lalu dan tsunami juga cenderung lambat pada semester selanjutnya.
Rekonstruksi merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Jepang selama kuartal pertama. Pekan lalu, bank sentral Jepang, Bank of Japan, meninggalkan suku bunga utamanya tidak berubah pada antara nol sampai 0,1 persen. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perkuat Ekonomi, Loyalis SBY Bidik Warga Miskin masuk Koperasi
Redaktur : Tim Redaksi