Krisis, Harga Daging Segar Bakal Melonjak

Selasa, 06 Maret 2012 – 11:12 WIB
SURABAYA - Harga daging sapi segar dalam satu bulan ke depan terancam melonjak drastis. Diproyeksi, harga daging sapi bakal merangkak naik 30 persen. Hal ini dipicu stok bahan baku daging segar yakni sapi siap potong semakin minim tersedia di Jatim. Tidak seimbangnya pengiriman sapi siap potong ke luar Jatim, dibanding pemenuhan domestik Jatim sendiri, ditengarai sebagai pemicu adanya krisis bahan baku.
 
Juru bicara Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar Kota Surabaya Mutowif menerangkan, krisis sapi siap potong di Jatim sebenarnya telah terjadi sejak November 2011. Besarnya penjualan sapi Jatim ke wilayah lain seperti Jakarta, Medan, Kalimantan, Banjarmasin, Bengkulu, Palangkaraya, Pangkal Pinang, dan Lampung Utara, dianggap menjadi penyebab ketersediaan sapi siap potong di wilayah seperti Surabaya, Sidoarjo, Malang, dan Probolinggo menjadi minim.
 
Padahal, dikatakan bahwa konsumsi daging segar khususnya di kota besar seperi Surabaya setiap harinya bisa mencapai 4.500 kilogram, atau sekitar 250 ekor sapi. "Banyak industri hilir di Jatim yang nantinya bakal kelimpungan karena tidak dapat pasokan bahan baku. Kami harap pemerintah punya kebijakan yang bisa mengakomodasi seluruh elemen, tidak hanya satu kalangan saja," tutur Mutowif usai dialog dengan Dinas Peternakan Jatim di Surabaya.
 
Tak pelak, dia menjelaskan, konsekuensi krisis bahan baku ini mengakibatkan harga daging segar di konsumen ritel bakal melonjak drastis. Saat ini, ungkapnya, rata-rata harga daging di pasar mencapai Rp 61 ribu - Rp 63 ribu per kilonya. Sementara untuk harga sapi sebelum dipotong sebesar Rp 27.500 per kilo. "Sebulan lagi harga pasti naik ke angka Rp 80 ribu" jelasnya.
 
Sebab itu, dia memaparkan bahwa Pemerintah seharusnya bisa menyuguhkan data terbaru secara terang bederang atas jumlah populasi sapi di Jatim, dan komposisi sapi yang dijual ke area di luar Jatim. "Kami harap pemerintah punya solusi yang seimbang, dan mengutamakan pemenuhan kebutuhan domestik dulu, sebelum wilayah lain," tegasnya.
 
Di lain pihak, Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jatim Suparwoko menyanggah adanya krisis bahan baku sapi. Sebab, berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang dirilis per semester pertama 2011 lalu, jumlah populasi sapi di Jatim sebesar 4,709 juta ekor. Sapi yang lahir setiap tahunnya mencapai 977 ribu ekor. Sementara sapi yang dipotong oleh 122 RPH (rumah pemotongan hewan) di Jatim sebanyak 428 ribu ekor. Sedangkan sapi yang dijual hidup sebanyak 148.590 ekor. "Artinya, kita masih surplus sapi 345 ribuan ekor, dan kelebihan daging 98 ribu ton," tuturnya.
 
Menanggapi harga daging segar yang terancam melambung, Suparwoko menyatakan kebijakan itu memang sepenuhnya bergantung pada mekanisme pasar. "Pangsa daging segar bakal tetap ada, meski harganya naik. Tidak akan berpengaruh di pangsa pasar menengah ke bawah di Jatim, karena daging sapi merupakan substitusi," paparnya. Memang, kata Suparwoko, harga daging segar yang ideal semestinya ada di angka Rp 55 ribu - Rp 58 ribu per kilo. Sedangkan per kilo hidup sebesar Rp 25 ribu.
 
Untuk kebijakan menghentikan perdagangan sapi antar pulau, Suparwoko secara terang menolak. "Kalau dihentikan, berarti kita menentang prinsip hukum perdagangan. Yang kami bisa lakukan adalah menghimbau. Sapi yang keluar Jatim sekarang sudah turun drastis. Kami sudah berkomitmen tentang itu," tandasnya. (gal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga BBM Subsidi Naik, Investasi Harus Ditata Lagi

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler