Krisis Kemanusiaan, PBB Minta Saudi Bertanggung Jawab

Rabu, 06 September 2017 – 13:43 WIB
Korban perang di Yaman. Foto: AFP

jpnn.com, JENEWA - Arab Saudi masih kerap dituding sebagai dalang di balik krisis kemanusiaan di Yaman.

Negara yang dipimpin Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud selama ini selalu menghalangi pengiriman bantuan kepada korban perang di Yaman.

BACA JUGA: Ada Krisis Kemanusiaan di Yaman, Arab Saudi Dalangnya

Efeknya luar biasa. Bukan hanya kelaparan, melainkan juga kekurangan obat dan maraknya penyakit kolera.

"Arab Saudi harus mendanai 100 persen kebutuhan krisis kemanusiaan di Yaman," tegas David Beasley, direktur eksekutif World Food Program (WFP), salah satu badan di PBB, kepada kantor berita Reuters.

Beasley mungkin sudah begitu muak dengan tindakan Saudi di Yaman.

Sebab, selama ini, sangat jarang ada petinggi PBB yang mengkritik salah satu pihak saja dalam sebuah konflik.

Tokoh yang pernah menjadi gubernur South Carolina, Amerika Serikat (AS), itu memberikan tiga pilihan pada Saudi.

Yakni, mengakhiri perang, mendanai krisis, atau melakukan dua-duanya.

Tentu, opsi terakhir menjadi pilihan banyak pihak. Sejak perang di Yaman mencuat pada 2015, 10 ribu orang tewas.

Kemarin (5/9) Badan Kesehatan (WHO) PBB merilis data bahwa sejak April, 612.703 orang terhitung terinfeksi kolera dan 2.048 orang lainnya tewas karena penyakit tersebut.

Sebanyak 7 juta orang juga terancam kelaparan serta kekurangan gizi.

Saudi menyatakan bahwa mereka telah memberikan bantuan ratusan juta dolar untuk program kemanusiaan di Yaman.

Bahkan, Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman mendonasikan USD 66 juta (Rp 879,9 miliar) pada Juni lalu kepada Badan Urusan Anak (Unicef) dan WHO PBB untuk memerangi wabah kolera di Yaman.

Bantuan itu mungkin tak ada gunanya. Sebab, menurut berbagai lembaga kemanusiaan, mereka dipersulit untuk memasuki Yaman.

Imbasnya, semua bantuan tertahan. Sejak di laut, kapal-kapal pengangkut bantuan itu dicegat kapal milik pasukan koalisi pimpinan Saudi.

Riyadh berdalih bahwa mereka menghalangi pengiriman senjata yang akan diselundupkan ke kantong-kantong pemberontak Houthi.

Hampir seluruh akses bantuan ke wilayah utara yang dikuasai pemberontak Houthi dipersulit.

Kapal pengangkut bantuan yang akan berlabuh di pelabuhan Al Hudaydah di Laut Merah diblokade.

Alat untuk mengerek kontainer di pelabuhan tersebut juga dirusak. Dua hal itu menyendat usaha pengiriman bantuan pangan.

Selama ini, 80 persen impor pangan di Yaman masuk melalui pelabuhan tersebut. "Kami mengalami masalah di akses (untuk mengirim bantuan, Red)," tegas Beasley.

Bukan hanya pelabuhan, akses beberapa bandara juga ditutup. Orang-orang yang sakit parah sulit mendapatkan perawatan di luar negeri. (Reuters/RT/AlJazeera/sha/c16/any/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler