JAKARTA - Posisi net importer minyak membuat Indonesia selalu ketar-ketir menghadapi ancaman lonjakan harga minyak dunia.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, krisis Mesir yang memanas seiring dilengserkannya Presiden Muhammad Mursi berpotensi memicu kenaikan harga minyak dunia. "Situasi pasar bisa tidak stabil," ujarnya kemarin (4/7).
Mesir sebenarnya bukanlah produsen minyak utama, namun Negeri Sungai Nil ini mengendalikan Terusan Suez, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia yang menghubungkan Mediterania dengan Laut Merah.
Terusan ini memegang peran penting dalam distribusi energi global karena setiap harinya dilalui kapal-kapal yang mengangkut lebih dari 2 juta barel minyak untuk berbagai wilayah dunia.
Rabu lalu (3/7), harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) di pasar berjangka untuk pengiriman Agustus naik hingga 2,6 persen ke level USD 102 per barel. Ini merupakan level tertinggi sejak 14 bulan terakhir. Namun, dalam perdagangan kemarin sore, harga minyak sedikit mereda ke level USD 100,7 per barel.
Menurut Hatta, naiknya harga minyak dunia harus dicermati oleh pemerintah dan pelaku usaha. Sebab, asumsi makro harga minyak Indonesia (ICP) yang dipatok di level USD 108 per barel bisa saja terlampaui.
"Kalau realisasinya lebih tinggi dari asumsi makro, belanja subsidi bisa naik dan menguras devisa (karena impor minyak)," katanya.
Hatta menyebut, per Juni 2013, rata-rata harga minyak dunia ada di kisaran USD 106,5 per barel atau masih di bawah asumsi makro APBN Perubahan 2013. Namun, jika situasi di Timur Tengah makin panas dan kerusuhan politik menyebar ke berbagai negara, maka harga minyak dunia bisa dipastikan akan melonjak.
"Kalau itu terjadi, kemampuan fiskal kita untuk merangsang pertumbuhan ekonomi (melalui stimulus) akan terganggu," jelasnya.
Sementara itu, laporan Tim Harga Minyak Indonesia menyatakan, harga rata-rata minyak mentah Indonesia selama bulan Juni 2013 berdasarkan perhitungan ICP mencapai USD 99,97 per barel, atau USD 0,96 per barel dibanding periode Mei 2013 yang sebesar USD 99,01 per barel.
Menurut Tim Harga Minyak Indonesia, naiknya harga minyak disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya, menguatnya perekonomian dunia yang diindikasikan dengan membaiknya perekonomian AS, yang ditandai dengan peningkatan pasar perumahan dan penurunan angka pengangguran, serta adanya peningkatan kegiatan manufaktur di Jerman.
Berdasarkan publikasi OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries) pada bulan Juni 2013, diperkirakan terjadi peningkatan permintaan minyak mentah dunia tahun 2013 sebesar 0,8 juta barel per hari, sehingga mencapai 90,2 juta barel per hari pada triwulan III-2013. (owi)
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, krisis Mesir yang memanas seiring dilengserkannya Presiden Muhammad Mursi berpotensi memicu kenaikan harga minyak dunia. "Situasi pasar bisa tidak stabil," ujarnya kemarin (4/7).
Mesir sebenarnya bukanlah produsen minyak utama, namun Negeri Sungai Nil ini mengendalikan Terusan Suez, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia yang menghubungkan Mediterania dengan Laut Merah.
Terusan ini memegang peran penting dalam distribusi energi global karena setiap harinya dilalui kapal-kapal yang mengangkut lebih dari 2 juta barel minyak untuk berbagai wilayah dunia.
Rabu lalu (3/7), harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) di pasar berjangka untuk pengiriman Agustus naik hingga 2,6 persen ke level USD 102 per barel. Ini merupakan level tertinggi sejak 14 bulan terakhir. Namun, dalam perdagangan kemarin sore, harga minyak sedikit mereda ke level USD 100,7 per barel.
Menurut Hatta, naiknya harga minyak dunia harus dicermati oleh pemerintah dan pelaku usaha. Sebab, asumsi makro harga minyak Indonesia (ICP) yang dipatok di level USD 108 per barel bisa saja terlampaui.
"Kalau realisasinya lebih tinggi dari asumsi makro, belanja subsidi bisa naik dan menguras devisa (karena impor minyak)," katanya.
Hatta menyebut, per Juni 2013, rata-rata harga minyak dunia ada di kisaran USD 106,5 per barel atau masih di bawah asumsi makro APBN Perubahan 2013. Namun, jika situasi di Timur Tengah makin panas dan kerusuhan politik menyebar ke berbagai negara, maka harga minyak dunia bisa dipastikan akan melonjak.
"Kalau itu terjadi, kemampuan fiskal kita untuk merangsang pertumbuhan ekonomi (melalui stimulus) akan terganggu," jelasnya.
Sementara itu, laporan Tim Harga Minyak Indonesia menyatakan, harga rata-rata minyak mentah Indonesia selama bulan Juni 2013 berdasarkan perhitungan ICP mencapai USD 99,97 per barel, atau USD 0,96 per barel dibanding periode Mei 2013 yang sebesar USD 99,01 per barel.
Menurut Tim Harga Minyak Indonesia, naiknya harga minyak disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya, menguatnya perekonomian dunia yang diindikasikan dengan membaiknya perekonomian AS, yang ditandai dengan peningkatan pasar perumahan dan penurunan angka pengangguran, serta adanya peningkatan kegiatan manufaktur di Jerman.
Berdasarkan publikasi OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries) pada bulan Juni 2013, diperkirakan terjadi peningkatan permintaan minyak mentah dunia tahun 2013 sebesar 0,8 juta barel per hari, sehingga mencapai 90,2 juta barel per hari pada triwulan III-2013. (owi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Produksi Bio Etanol, Siswa NTT Dilatih BUMN
Redaktur : Tim Redaksi