Krisis Obat di RSUD

Kamis, 08 Maret 2012 – 15:14 WIB

LARANTUKA-Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Larantuka kembali terlilit masalah terkait ketersediaan obat dan perbekalan di rumah sakit milik pemerintah daerah itu. Bahkan, kondisi saat ini terkategori emergency karena stok obat yang ada saat ini hanya cukup untuk kebutuhan hingga dua minggu ke depan. Sementara, proses pengadaan obat dan perbekalan belum juga dilakukan.

"Saat kunjungan kerja kita tanggal 27 Februari lalu dalam rangka meninjau proyek di rumah sakit, komite medik rumah sakit, dr. Ogie informasikan kalau rumah sakit sudah kekurangan obat dan akan habis dalam satu atau dua minggu ke depan. Dalam pertemuan dengan direktur rumah sakit dan jajarannya hari itu, hal ini kita angkat. Pihak rumah sakit jelaskan bahwa pengadaan obat berikutnya diproses bulan April nanti. Ini kondisi emergency, seharusnya respon atas kondisi ini berbeda dengan kondisi  normal," ujar anggota Komisi C, Simon Sadi Open.

Ia menyebut, saat ini banyak pasien yang terpaksa membeli obat dan sejumlah perbekalan di apotik luar rumah sakit. Akibatnya, pelayanan di rumah sakit terganggu. Karena itu, ia berharap, pemerintah daerah segera menyikapi fakta tersebut dengan sesegera mungkin mencari jalan keluar.

"Benar bahwa proses pengadaannya berpedoman pada Keppres Nomor 54, tetapi kalau dengannya orang banyak menjadi korban apa jadinya. Kondisi emergency harusnya juga dengan penanganan emergency. Kalau ada celah hukum yang dipakai, gunakan itu untuk selamatkan ribuan nyawa," katanya.

Sebelumnya, sejumlah staf medis dan para medis RSUD Larantuka membuat telahan terkait kekosongan obat-obatan dan perbekalan kesehatan lainnya di RSUD Larantuka itu kepada Direktur RSUD Larantuka. Dalam copian telaahan yang berhasil diperoleh wartawan, para staf itu menyebut pelayanan medik dan keperawatan di RSUD Larantuka menjadi terhambat oleh kondisi tersebut.

Disebutkan juga, persoalan itu berpotensi membahayakan pemberi pelayanan kesehatan dan keselamatan jiwa pasien yang dirawat  di RSUD Larantuka. Dalam telaahan itu, mereka membeberkan sejumlah fakta yang berpengaruh terhadap kondisi RSUD antara lain alokasi anggaran tahun 2011 untuk obat-obatan, reagensia dan perbekalan kesehatan tidak sesuai dengan perencanaan kebutuhan.

"Bagaimana kita bisa melindungi pasien sementara kita tidak bisa melindungi diri sendiri. Ketepatan waktu pelayanan juga sangat berpengaruh pada maksimal sebuah pelayanan. Jika pasien sekarat sementara obat dan alatnya masih dicari di luar, siapa yang harus bertanggung jawab," ujar salah seorang staf RSUD Larantuka yang minta namanya tidak dikorankan.

Obat-obat dan perbekalan yang tidak tersedia lagi di RSUD saat ini, antara lain dispo atau alat suntik 3 cc dan 5 cc, keteter, handscune baik steril maupun non steril, seva droxin tablet, vitamin B 12 dan sejumlah obat-obat lainnya.

"Pasien seharusnya disuntik dengan dispo 3 cc, sekarang kita pakai dispo 10 cc, padahal alat suntik itu fungsinya untuk keteter dan pengencer," terang sumber itu.(krf2/ito)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Mulai Kawal SPBU


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler