Krisis Sandera Sahara Berakhir Banjir Darah

Senin, 21 Januari 2013 – 06:59 WIB
ALGIERS – Operasi penyelamatan atas para sandera di kilang gas In Amenas, Aljazair, berakhir dengan banjir darah dini hari Minggu (20/1). Tidak hanya 32 militan tersangka penculikan dan penyanderaan yang tewas dalam operasi penyergapan yang dilancarkan oleh pasukan khusus Aljazair di dalam fasilitas pengolahan gas di Gurun Sahara tersebut.

Sebanyak 25 sandera juga ditemukan tewas dalam areal kilang gas itu. Tujuh di antaranya dilaporkan tewas setelah dieksekusi para penculik saat militer Aljazair melancarkan operasi penyerbuan terakhir.

Setelah melakukan operasi penyergapan selama 72 jam, militer Aljazair memastikan bahwa drama penyanderaan atas para pekerja kilang minyak tersebut oleh kelompok militan bersenjata telah berakhir kemarin. Abdul Rahman al-Nigeri, pemimpin para penyandera, diyakini termasuk di antara 32 militan yang tewas. Nigeri, yang berkebangsaan Nigeria, dikenal sebagai orang dekat Mokhtar Belmokhtar, komandan kelompok terkait Al Qaeda sekaligus pula otak serangan dan penyanderaan.

Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Aljazair juga membenarkan jatuhnya korban dari para sandera. Insiden ini berawal ketika kelompok bersenjata yang terkait dengan Al Qaeda menyerang kilang gas In Amenas, wilayah timur Aljazair dekat perbatasanan dengan Libya, pada Rabu lalu (16/1).

’’Sebanyak 32 penculik juga tewas dalam operasi itu. Pasukan khusus berhasil pula membebaskan 685 pekerja asal Aljazair dan 107 pekerja asing lain yang disandera,’’ ungkap seorang jubir Kemendagri Aljazair kemarin.

Di antara para korban tewas sandera (pekerja) asing, terdapat warga negara Inggris, Prancis, Rumania, dan AS. Anis Rahmani, direktur Ennahar (televisi swasta Aljazair), melaporkan bahwa militer menemukan jenazah 25 sandera ketika menyisir ke seluruh lokasi penyanderaan di dalam kilang gas.

Sebelumnya, Menteri Komunikasi Aljazair Mohamed Said menyatakan melalui siaran radio bahwa sedikitnya 23 sandera tewas dalam operasi penyelamatan tersebut. ’’Saya khawatir jumlahnya akan bertambah,’’ ujarnya.

Menurut Said, pasukan khusus Aljazair memutuskan untuk melancarkan penyergapan setelah militan mulai mengeksekusi sandera warga asing. Dalam operasi tersebut, 32 militan tewas. Itu diyakini sebagai total jumlah militan yang terlibat dalam aksi penyanderaan. ’’Mereka (militan) punya enam kewarganegaraan yang berbeda. Dari negara-negara Arab, Afrika, dan non-Afrika,’’ jelasnya.

Petugas penjinak bom yang datang ke lokasi beberapa jam kemudian dilaporkan menemukan sejumlah mayat lagi. Seorang petugas mengatakan bahwa mayat-mayat tersebut sudah tidak bisa dikenali dan sulit diidentifikasi. ’’Jenazah-jenazah itu bisa jadi orang Aljazair atau mungkin sandera asing,’’ ucapnya sambil menolak disebut identitasnya.

Meskipun krisis penyanderaan telah berakhir, sejumlah negara masih menunggu kabar soal nasib warga mereka yang dinyatakan hilang.’’Upaya pencarian di instalasi gas masih berlangsung. Kami segera gumumkan hasilnya,’’ tuturnya.

Perdana Menteri Inggris David Cameron dan Presiden AS Barack Obama menyatakan bahwa kelompok militan bertanggung jawab atas tewasnya para sandera. Tiga warga Inggris dipastikan tewas dan tiga lainnya hilang. Ketiganya dikhawatirkan menjadi korban dalam operasi penyelamatan tersebut.

’’Keluarga korban sangat terpukul atas tragedi tersebut,’’ kata Cameron di London kemarin. Menlu Inggris William Hague menambahkan bahwa pihaknya akan terus berupaya untuk memastikan keberadaan korban yang hilang.

Kolombia juga mencemaskan nasib seorang warganya, Carlos Estrada, yang bekerja untuk perusahaan minyak BP. Dia dikhawatirkan termasuk di antara korban tewas.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe juga cemas dengan kabar buruk dari Aljazair. ’’Berdasar apa yang kami dengar dari pemerintah Aljazair, ada kabar buruk tentang warga negara kami,’’ ucapnya. Abe telah meminta pemerintah Aljazair membantu segala upaya untuk memastikan nasib warga negara Jepang.

Tokyo melaporkan bahwa sepuluh warga negaranya hilang. Malaysia menyatakan bahwa nasib dua warganya belum diketahui hingga kini. Lima warga Norwegia juga mengalami nasib sama.

Cameron menampik telah menyalahkan otoritas Aljazair terkait operasi penyelamatan yang berakhir dengan banjir darah tersebut. ’’Situasinya memang sulit saat memutuskan untuk melakukan penyergapan di kompleks kilang gas In Amenas,’’ katanya. Dia menyatakan bahwa prioritas saat ini adalah memulangkan semua korban dan sandera. Duta besar Inggris di Aljazair dijadwalkan mengunjungi lokasi penyanderaan untuk memastikan bahwa semua korban telah ditemukan. (AFP/AP/CNN/RTR/cak/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Obama Pilih Bibel Milik Martin Luther King Jr

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler