Kritik Rizal Ramli Soal Utang Indonesia Menohok Sri Mulyani

Kamis, 21 Januari 2021 – 15:53 WIB
Rizal Ramli. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Utang negara naik tajam di masa Presiden Jokowi. Kementerian Keuangan melansir jumlah utang pemerintah hingga akhir Desember 2020 mencapai Rp6.074,56 triliun. Dengan jumlah itu kini rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 36,68%, sebelumnya pada 2019 sebesar 29,8 persen. 

Posisi utang pemerintah naik hingga 27,1 persen dibanding 2019 yang mencapai Rp4.778 triliun. 

BACA JUGA: Analisis Anthony Budiawan Tentang Situasi Ekonomi Termasuk Utang Indonesia Tahun 2021, Sindir Sri Mulyani?

Ekonom senior Rizal Ramli memperingatkan pemerintah tentang beban utang yang makin menggunung di masa Presiden Jokowi ini. Menurut Rizal, bunga utang pinjaman Indonesia lebih tinggi dari negara lain.

"Ini gara-gara Menkeu terbaik. PhD spesialisasinya labour economic, ekonomi perburuhan soal pemogokan di Lampung. Ngerti istilah-istilah makro ekonomi tetapi tidak mengerti linkages semua faktor makro ekonomi baik yang langsung dari satu variabel ke variabel yang lain maupun loops," katanya dalam kanal YouTube Bravos Radio Indonesia.

BACA JUGA: Fadli Zon Tulis Puisi Negeri di Tepi Jurang, Ada Kata Tirani, Utang hingga Penindasan

"Loops itu dari sini ke sini, dari sana ke sana, ke sini, enggak ngerti dia, makanya arah kebijakan ekonomi kita makin lama makin ngawur, bahkan sebelum krisis," sambungnya.

Menurut Rizal, Sri Mulyani memang dapat pujian, tetapi yang memuji adalah kreditor. Karena, bunganya lebih mahal dari umumnya.  

BACA JUGA: Siap-siap, Puluhan CPNS Bakal Bertugas di Kapal Patroli Bakamla

"Cuma dia dipuji oleh kreditor, karena dia kasih bunga pinjaman 2-3 persen lebih mahal," ujarnya.

Misalnya, lanjut Rizal, ada bank yang mematok bunga kredit sebesar 15 persen, negara lainnya akan melakukan negosiasi agar dapat bunga lebih murah. Namun, tidak demikian dengan Indonesia. 

"Misalnya, bank pasang pengumunan kredit di sini 15 persen. Pengusaha atau negara lain yang datang nego, Pak, bisa enggak bunganya 14 persen, bisa enggak lebih murah. Nah, Menkeu kita terbalik. Dia datang ke banknya, Pak, saya mau minjam 10 tahun bunganya bukan 15 persen, saya mau bayar 17 persen. Ya diangkat-angkat (dipuji)," tuturnya. 

Menurut Menko Ekonomi di era Presiden Gus Dur ini, tidak ada satu pun menteri keuangan di seluruh dunia yang mau bayar bunga utang lebih mahal 2-3 persen.

Apa lagi rating Indonesia lebih tinggi dari Filipina, Thailand, dan Vietnam, seharusnya kalau meminjam bunganya malah 1-2 persen di bawah mereka. 

"Tetapi Sri Mulyani pinjam 2 persen di atas ini. Siapa yang bayar? Ya rakyat kita. Jangan anggap enteng 2 persen ya," tandasnya.(esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler