jpnn.com, JAKARTA - Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) Darmawan Prasodjo buka-bukaan soal kronologis krisis batu bara yang sempat menimpa bumn tersebut.
Menurutnya, pada (17/12/2021) pihaknya melaporkan krisis batu bara kepada Dirjen Minerba Kementerian ESDM.
BACA JUGA: PKS Usul Denda DMO Disesuaikan dengan Harga Batu Bara Internasional
Saat itu, Darmawan melaporkan bahwa efektivitas delivery dari bulan Agustus sampai dengan Nopember hanya sekitar 62 persen.
"Kondisi stok batu bara semakin menurun, untuk itu PLN melaporkan kebutuhan tambahan pasokan di bulan Desember yaitu sebesar 2,7 juta
MT," ujar Darmawan dalam paparannya dihadapan Komisi VII DPR RI kemarin, Rabu (26/1).
BACA JUGA: Wow! Hilirisasi Batu Bara Jadi DME Bisa Menghemat Impor LPG hingga Rp 77,8 Triliun
Kemudian, pada (22/12/2021) Dirjen Minerba merespons dan menambah pasokan sebesar 5,1 juta MT melalui penugasan.
Oleh karena itu, kata Darmawan Kementerian ESDM berasumsi krisis batu bara sudah berakhir, bahkan ada
concern bersama bahwa PLN akan mengalami lonjakan pasokan secara drastis.
BACA JUGA: 96 Kapal Berlayar Lagi Hari Ini, Ratusan Perusahaan Bisa Ekspor Batu Bara
"Sistem logistik pengangkutan dan unloadingnya belum mencukupi," ucapnya.
Darmawan juga membeberkan bahwa perencanaan penugasan batu bara secara disiplin akan mendorong delivery batu bara tepat waktu sehingga meningkatkan HOP menjadi pada kondisi aman.
"Oleh karena itu, pada saat bertemu dengan Menteri ESDM di Saguling pada tanggal 24 Desember 2021, Dirut PLN menyampaikan ucapan terima kasih atas terbitnya penugasan 5,1 juta MT tersebut," ucap Darmawan.
Lebih lanjut, Darmawan menyebut tim PLN sudah berusaha melakukan perikatan kontrak untuk merealisasikan penugasan, namun dari 5,1 juta MT sampai dengan (28/12/2021) hanya terealisasi 35 ribu (0,6 persen).
"Kondisi menjadi kritis disebabkan surat dari Dirjen Minerba untuk penugasan diabaikan oleh para penambang. Kemudian disaat bersamaan, efektivitas delivery yang biasanya sudah rendah 62 persen bahkan semakin menurun menjadi hanya 35 persen," beber Darmawan.
Dirut PLN terus memonitor perkembangan realisasi pasokan dari penugasan, dan memperhatikan perkembangan kondisi yang makin memburuk, maka terpaksa mengeluarkan surat pada 28 Desember 2021 yang menginformasikan kondisi krisis berupa kekosongan stock batu bara di 17 PLTU.
Kondisi itu, kata Darmawan melanjutkan, dapat menyebabkan pemadaman mulai 5 Januari 2022 pada 10 GW PLTU yang berdampak pada 10 juta pelanggan.
"Kami memastikan bahwa krisis batu bara tidak akan terulang kembali. Krisis batu bara merupakan suatu lesson learned di mana seluruh kelemahan dipelajari dan dirubah sebagai opportunity untuk menjadi kekuatan," tegas Darmawan. (mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia