jpnn.com, JAKARTA - Pengamat penerbangan Alvin Lie mengapresiasi penggunaan bahan bakar aviasi ramah lingkungan Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau Bioavtur oleh Garuda Indonesia.
Terlebih, Bioavtur sudah menjalani pengujian cukup lama, sekitar 13 tahun.
BACA JUGA: Pertamina Sustainable Aviation Fuel Menjadi Bukti Transisi Energi Industri Aviasi
Dengan begitu, Pertamina SAF tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga sangat aman karena memiliki standar internasional.
“Sebagai upaya transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE), penggunaan Bioavtur wajib kita apresiasi. Ini kemajuan yang sangat menggembirakan. Konsumen juga tidak perlu khawatir, karena standar Bioavtur sama dengan Avtur konvensional, sama-sama berstandar internasional,” ujar Alvin.
BACA JUGA: PELNI Tiadakan Penjualan Tiket di Loket
Ketua Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (Apjapi) ini menambahkan, secara kualitas, Pertamina SAF tidak perlu diragukan.
Selama 13 tahun uji coba setiap kali ada kemajuan, Bioavtur harus diuji melalui pengujian tingkat international.
BACA JUGA: Gandeng Bank Mandiri, Garuda Indonesia Hadirkan GATF 2023 Serentak di 7 Kota, Banjir Promo
Mengapa? Karena untuk menggunakan Bioavtur, Garuda juga menyewa pesawat buatan industri luar negeri.
“Pesawat tersebut tentu diasuransikan. Dengan demikian, pemilik dan perusahaan asuransi juga ikut menguji karena tidak mau pesawatnya rusak atau mengalami insiden,” kata Alvin.
Dan nyatanya, kata dia, Garuda berani menggunakan Bioavtur. Artinya, maskapai tersebut juga menilai, bahwa Bioavtur memang sangat aman dan laik pakai.
“Kalau tidak, Garuda tentu tidak tidak berani menggunakan,” jelasnya.
Menurut Alvin, bahan bakar nabati untuk pesawat memang berbeda dibandingkan untuk kendaraan lain, seperti biofuel pada motor.
“Bioavtur ini dibawa pesawat terbang di atas 30-40 ribu kaki dengan temperatur -30 sampai -40 derajat Celcius. Pada kondisi tersebut, teruji bahwa tidak membeku, karakter kimianya tidak berubah,” papar Alvin.
Oleh karena itu, Alvin berharap, ke depan Pertamina terus mengembangkan Pertamina SAF atau Bioavtur.
Dalam hal ini, tantangan Pertamina adalah meningkatkan kapasitas produksi sehingga bisa memenuhi permintaan.
“Selain peningkatan volume dan distribusi, tantangan ke depan tentu saja masalah harga,” seru Alvin.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada