jpnn.com - JAKARTA -- Anggota Tim Sukses Joko Widodo-Jusuf Kalla, Fahmi Habsyi mengatakan deklarasi koalisi permanen yang digagas Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dengan partai-partai pendukungnya di Tugu Proklamasi, Senin (14/7), bukanlah sesuatu hal luar biasa yang harus dikhawatirkan berlebihan.
Fahmi mengatakan, perlu melihat apakah koalisi permanen itu sedang menempatkan diri dalam posisi kuat atau posisi lemah.
BACA JUGA: Takut, Puskesmas Belum Terima Uang Kapitasi BPJS
"Wajar saja koalisi permanen itu kan jika memahami teori perang Tsun Zu bahwa jika dalam posisi lemah tunjukkan kuat dan jika posisi kuat tunjukkan lemah. Kita perlu melihatnya apakah koalisi permanen itu sedang menempatkan diri dalam posisi kuat atau posisi lemah," kata Fahmi, Selasa (15/7).
Fahmi melanjutkan, koalisi permanen ini cenderung simptomian atau respon gejala ditengah kekhawatiran kemenangan Jokowi-JK menjadi final dan resmi.
BACA JUGA: Timses Dua Capres-Cawapres Sepakat jaga Perdamaian
Koalisi permanen itu terbentuk atas dasar perhitungan politik meningkatkan posisi tawar salah satu partai besar yang tergabung didalamnya, jika kemudian hari kalkulasi politik harus dihitung ulang dan bergabung dengan pemenang.
"Obama juga mengalami hal sama ketika partai Republik menguasai pimpinan parlemen. Politik itu kan ada seni dan tantangannya. Sejauhmana kita mampu mengkapitalisasi secara baik dan niatnya untuk mensejahterakan rakyat. Ini dunia bung semua bisa didudukkan dan dibicarakan," jelasnya.
BACA JUGA: Jokowi: Luar Biasa Pak Foke
Dia menegaskan Jokowi-JK tidak perlu takut dengan koalisi ini. Yang harus ditakuti Jokowi-JK adalah koalisi permanen Tuhan dan Malaikat saja.
"Yang perlu ditakuti Jokowi-JK adalah koalisi permanen Tuhan dan para Malaikat karena hanya Dia kerajaan diberikan dan dicabut kepada yang Dia kehendaki. Fokusnya saat ini energi seluruh kader partai koalisi dan relawan lebih bermanfaat mengamankan kemenangan dan menghadang kecurangan. Koalisi permanen itu dipikirkan setelah tanggal 22, atau pas halal bihalal," pungkasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rekayasa Penyebab Kematian untuk Bobol Jamsostek
Redaktur : Tim Redaksi