Kuburan Mantan Berbentuk Persegi Panjang, Pengunjung Penasaran Pengin Datang

Senin, 09 Agustus 2021 – 11:57 WIB
Beberapa menu bakso nyentrik yang disajikan di warung bakso Sulanjari yang ada di Dusun Cemetuk, Desa Lorog, Kecamatan Tawangsari, Sukoharjo. Foto: IWAN KAWUL/RADAR SOLO

jpnn.com, SUKOHARJO - Langkah berani diambil oleh Sulanjari, warga Dusun Cemetuk, Desa Lorog, Kecamatan Tawangsari, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Awal pandemi 2020 lalu, penjual bakso itu mengubah menu dagangannya menjadi sangat tidak biasa.

BACA JUGA: Arief Muhammad Beri Hadiah Toko Bakso untuk Greysia Polii/Apriyani Rahayu

Perempuan 38 tahun ini memadukan bahan-bahan buah dan sayur untuk bahan campuran baksonya.

Hasilnya, baksonya memiliki warna yang menggugah selera.

BACA JUGA: Kapolres Brebes Borong Bakso, Mansyur Langsung Pulang

Sulanjari telah berjualan bakso di rumahnya Desa Lorog sejak 2013.

Awalnya, ibu dua anak ini berjualan bakso dengan bentuk layaknya penjual bakso pada umumnya. Bulat, ada tetelan lemak dan kikil sapi.

BACA JUGA: Bamsoet: Komunitas Pedagang Bakso Menunjukkan Semangat Pancasila

Namun, Sulanjari pengin usahanya menjadi buah bibir, dan pengunjung baru atau lama tetap berdatangan.

Akhirnya dia membuat banyak menu-menu yang tak biasa di warungnya.

Bagi yang sedang patah hati, Sulanjari menyediakan menu bernama bakso kuburan mantan.

Baksonya berbentuk persegi panjang. Lengkap dengan nisan bertuliskan RIP Mantan.

Bakso ini lain dari yang lain, karena di dalam baksonya ada sosisnya.

Buat anak-anak, Sulanjari juga menyediakan varian bakso karakter. Ada Teddy Bear dan bentuk kura-kura.

“Dalam setiap penyajian, biasanya dua mangkok. Satu mangkok untuk bakso variannya dan satu mangkok untuk kuah, mi, bihun, sayuran sawi, toge, bakso biasa, dan tetelan. Jadi tetap ada bakso biasanya dalam setiap sajian,” katanya seperti dikutip dari Radar Solo, Minggu (8/8).

Bakso bikinannya banyak yang berukuran jumbo. Banyak varian menu yang ditawarkan.

Seperti bakso buah naga, yakni campuran antara daging sapi, daging ayam dan buah naga. Tampilan bakso menjadi berwarna ungu muda yang tentunya menggugah selera.

“Bakso buah naga ini saya hanya mengambil warnanya saja, soal rasanya ya tetap daging seperti bakso biasanya. Jadi hanya warnanya saja yang ungu,” katanya.

Ada juga menu bakso bayam. Seperti bakso pada umumnya, tetapi dalam adonan daging ditambahkan bayam, yang tak banyak penjual menggunakan racikan menu seperti itu. Sehingga, warnanya menjadi hijau. Selain lezat menggugah selera, tentunya juga bergizi.

“Dalam setiap menu bakso, karena jumbo, di dalamnya ada isinya. Yakni tetelan daging dan telur puyuh,” ujarnya.

Ada lagi yang lebih spektakuler dalam menu bakso buatannya. Menu ini diperuntukkan bagi penyuka masakan pedas. Yakni, bakso kawah. Bakso yang di dalamnya terdapat sambal, masih ditambah toping sambal dalam penyajiannya. Rasa bakso kawah ini bakal menampar lidah saking pedasnya.

“Kami juga punya menu bakso seberat 1,5 kilogram. Superbesar. Isinya empat telur ayam, puluhan gelindingan bakso biasa, dan tetelan lemak daging sapi. Satu porsi bisa dimakan enam sampai delapan orang. Namun, kalau itu harus pesan dulu, karena tidak setiap hari bikin. Harganya juga sedikit lebih mahal Rp 80 ribuan,” tuturnya.

Ada lagi yang unik; bakso mangkok.

Penikmat bakso bisa memakan habis mangkoknya, karena mangkoknya dari bakso juga. Dan yang menjadi best seller di warung baksonya adalah bakso iga. Bakso di mana iga dibungkus dengan bakso. Tampak ada tulang iga yang menyumbul keluar dari gelindingan bakso.

“Paling laris ya bakso iga. Tidak sampai siang sudah habis,” katanya.

Warung bakso Sulanjari terletak di tengah perkampungan, sekitar 500 meter dari Jalan Raya Tawangsari-Weru.

Namun, warung baksonya selalu ramai pengunjung karena harganya yang murah, bahkan sampai dengan masa pandemi dengan segala macam kebijakan pembatasannya.

“Kalau hari biasa 40 kilo. Kalau hari libur bikin 50 kilo. Buka jam sembilan pagi, jam dua siang sudah habis,” katanya.

Sulanjari mengaku warungnya tidak begitu terdampak PPKM, karena sejak awal pandemi dia mengambil langkah berani.

Saat menu baksonya ditambah dengan berbagai macam varian, pengunjung berdatangan dari segala penjuru.

“Awalnya hanya bikin satu-satu saja menu, lalu unggah di media sosial. Ternyata banyak yang suka, akhirnya bikin lagi,” ucapnya. (kwl/nik/dam)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler