jpnn.com, LIBREVILLE - Para perwira militer di negara penghasil minyak Gabon mengklaim telah merebut kekuasaan dari Presiden Ali Bongo pada Rabu (30/8).
Aksi makar terjadi hanya beberapa jam setelah komisi pemilihan umum negara Afrika Tengah itu menetapkan Bongo sebagai pemenang pemilihan presiden.
BACA JUGA: Kecam Kudeta Niger, ECOWAS Aktifkan Pasukan Siaga
Gabon menggelar pemungutan suara pilpres pada 26 Agustus lalu.
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, para jenderal dalang kudeta mengumumkan hasil pemilu dibatalkan, perbatasan ditutup dan lembaga-lembaga negara dibubarkan.
BACA JUGA: Militer Niger Umumkan Kudeta, Menggulingkan Presiden Bazoum dari Kekuasaan
Mereka juga menyampaikan bahwa Bongo yang berkuasa sejak 2009 kini telah ditempatkan dalam tahanan rumah.
Setelah pengumuman besar itu, mereka kemudian berembuk untuk menentukan siapa yang akan memimpin pemerintahan transisi.
BACA JUGA: Kudeta Gagal, Putin Beri Janji Manis kepada Tentara Wagner
Mantan kepala pengawal presiden Jenderal Brice Oligui Nguema pun akhirnya terpilih secara aklamasi.
Sementara itu, Bongo yang menjadi tahanan di kediamannya sendiri, telah menyampaikan seruan lewat sebuah pesan video
Dia mengaku tidak tahu apa yang terjadi dan meminta kepada negara-negara sekutu untuk berbicara atas nama dia dan keluarganya.
Kudeta militer di Gabon adalah yang kedelapan di kawasan Afrika Barat dan Tengah sejak 2020.
Bulan lalu, aksi serupa baru saja terjadi di Niger. Perwira militer juga telah merebut kekuasaan di Mali, Guinea, Burkina Faso dan Chad.
Prancis yang pernah menjajah Gabon, PBB dan Uni Afrika mengutuk kudeta tersebut.
Sebaliknya, ratusan orang merayakan intervensi militer di jalan-jalan ibu kota, Libreville.
"Saya melakukan unjuk rasa hari ini karena saya gembira. Setelah hampir 60 tahun, Bongo kehilangan kekuasaannya," kata Jules Lebigui, seorang pengangguran berusia 27 tahun yang bergabung dengan massa di Libreville.
Bongo mengambil alih kekuasaan pada tahun 2009 setelah kematian ayahnya, Omar, yang memerintah sejak tahun 1967.
Para penentangnya mengatakan dinasti tersebut tak mendistribusikan hasil minyak dan pertambangan Gabon kepada 2,3 juta penduduknya. (reuters/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif