VATICAN CITY - "Saudara-Saudara sekalian, mari kita berdoa agar Tuhan menganugerahkan Paus yang akan memeluk misi suci ini dengan hati terbuka."
Khotbah Mgr Angelo Sodano, pemimpin para kardinal, dalam misa di Basilika Santo Petrus kemarin (12/3) itu memang menggambarkan harapan umat Katolik yang tengah menanti pemimpin baru pasca pengunduran diri Paus Emeritus Benediktus XVI pada 28 Februari.
Misa tersebut menandai awal konklaf (prosesi pemilihan Paus) yang dilaksanakan di Vatican City.
Konklaf tersebut diikuti 115 kardinal berusia di bawah 80 tahun. Mereka berasal dari 48 negara. Italia mengirimkan perwakilan terbanyak, yakni 28 kardinal. Setelah itu, ada Amerika Serikat dengan 11 kardinal. Jerman punya 6 wakil. India dan Brasil masing-masing mengirim lima kardinal.
Eropa adalah benua dengan kardinal terbanyak, yakni 60 orang. Amerika Selatan punya 19 wakil, Amerika Utara 14 orang, Afrika 11 kardinal, Asia 10 kardinal, dan 1 kardinal dari Oceania.
Setelah mengikuti misa, pada sore hari para kardinal yang juga kerap disebut sebagai pangeran gereja itu beranjak ke Kapel Sistine. Di situ mereka akan dikunci untuk menuntaskan pemilihan hingga Paus baru terpilih.
Tak hanya dikunci di dalam kapel, para kardinal itu juga diputus komunikasinya sama sekali dari dunia luar. Mereka benar-benar diharuskan tirakat dan memohon petunjuk Tuhan untuk memilih pemimpin baru.
Dalam satu hari, kecuali pada hari pertama konklaf, para kardinal bisa melaksanakan hingga empat kali pemilihan. Paus yang akan terpilih itu adalah pemimpin tertinggi ke-266 Gereja Katolik sejak Paus pertama, yakni Santo Petrus, murid Yesus, sekitar dua ribu tahun silam.
Hingga kemarin, tak ada papabili (kandidat potensial) yang benar-benar kuat. Sejumlah nama memang disebut-sebut berpeluang menggantikan Benediktus XVI. Misalnya, Uskup Agung Milan Kardinal Angelo Scola. Selain itu, ada Peter Turkson dari Ghana dan Odilo Scherer dari Brasil.
Kardinal Amerika Serikat Timothy Dolan dan Sean O"Malley juga santer disebut sebagai kandidat kuat. Demikian pula Kardinal Kanada Marc Ouellet dan Leonardo Sandri dari Argentina.
Dalam suasana sede vacante (kekosongan takhta) ini, santer harapan tentang munculnya calon dari dunia ketiga. Terutama dari Afrika. Di benua tersebut, umat Katolik tumbuh pesat.
Calon-calon dari Eropa pun tak terlampau memikat lantaran deraan aneka skandal yang mengguncang gereja Katolik. Misalnya kasus pelecehan seksual oleh para pastor hingga ruwetnya birokrasi dan korupsi di Bank Vatikan.
"Semoga yang terpilih adalah gembala berhati lapang dan punya kapasitas mengatasi problem gereja yang sangat-sangat besar," kata Maria Dasdores Paz, biarawati asal Brasil yang mengikuti misa di Roma.
Kepada koran Italia La Stampa, Kardinal Norberto Rivera Carrera dari Meksiko mengakui bahwa muncul cara pandang yang berbeda-beda di antara para kardinal soal Paus anyar nanti. Apakah sosok akademis-teologis, sosok yang dekat dengan umat, atau cukup seorang manajer yang baik. Lalu, jika demikian, apakah konklaf bisa berlangsung "sengit"" "Rasanya tidak. Kami akan sampai pada keputusan dengan sangat cepat," ungkapnya.
Daya tarik pemilihan Paus ini sampai juga ke tangan para petaruh. Di Irlandia dan Inggris, Angelo Scola, kardinal dari Milan, memuncaki daftar taruhan. Bursa Paddy Power di Irlandia serta William Hill di Inggris memasang Scola dengan taruhan 9/4 sebagai Paus berikutnya. Posisi selanjutnya diduduki Kardinal Turkson dari Ghana dan Kardinal Scherer dari Brasil.
Bursa itu juga mempertaruhkan nama yang bakal dipilih Paus baru nanti dalam berkarya. Nama yang paling difavoritkan petaruh adalah Leo, disusul Petrus, Gregorius, Pius, Yohanes Paulus, Yohanes, dan Benediktus.
Selama ini, nama Paus yang paling banyak dipakai adalah Yohanes (23 kali), Gregorius (16 kali), Benediktus (16 kali), Klemens (14 kali), Inosensius (13 kali), Leo (13 kali), dan Pius (12 kali). (Reuters/AP/AFP/c11/dos)
Khotbah Mgr Angelo Sodano, pemimpin para kardinal, dalam misa di Basilika Santo Petrus kemarin (12/3) itu memang menggambarkan harapan umat Katolik yang tengah menanti pemimpin baru pasca pengunduran diri Paus Emeritus Benediktus XVI pada 28 Februari.
Misa tersebut menandai awal konklaf (prosesi pemilihan Paus) yang dilaksanakan di Vatican City.
Konklaf tersebut diikuti 115 kardinal berusia di bawah 80 tahun. Mereka berasal dari 48 negara. Italia mengirimkan perwakilan terbanyak, yakni 28 kardinal. Setelah itu, ada Amerika Serikat dengan 11 kardinal. Jerman punya 6 wakil. India dan Brasil masing-masing mengirim lima kardinal.
Eropa adalah benua dengan kardinal terbanyak, yakni 60 orang. Amerika Selatan punya 19 wakil, Amerika Utara 14 orang, Afrika 11 kardinal, Asia 10 kardinal, dan 1 kardinal dari Oceania.
Setelah mengikuti misa, pada sore hari para kardinal yang juga kerap disebut sebagai pangeran gereja itu beranjak ke Kapel Sistine. Di situ mereka akan dikunci untuk menuntaskan pemilihan hingga Paus baru terpilih.
Tak hanya dikunci di dalam kapel, para kardinal itu juga diputus komunikasinya sama sekali dari dunia luar. Mereka benar-benar diharuskan tirakat dan memohon petunjuk Tuhan untuk memilih pemimpin baru.
Dalam satu hari, kecuali pada hari pertama konklaf, para kardinal bisa melaksanakan hingga empat kali pemilihan. Paus yang akan terpilih itu adalah pemimpin tertinggi ke-266 Gereja Katolik sejak Paus pertama, yakni Santo Petrus, murid Yesus, sekitar dua ribu tahun silam.
Hingga kemarin, tak ada papabili (kandidat potensial) yang benar-benar kuat. Sejumlah nama memang disebut-sebut berpeluang menggantikan Benediktus XVI. Misalnya, Uskup Agung Milan Kardinal Angelo Scola. Selain itu, ada Peter Turkson dari Ghana dan Odilo Scherer dari Brasil.
Kardinal Amerika Serikat Timothy Dolan dan Sean O"Malley juga santer disebut sebagai kandidat kuat. Demikian pula Kardinal Kanada Marc Ouellet dan Leonardo Sandri dari Argentina.
Dalam suasana sede vacante (kekosongan takhta) ini, santer harapan tentang munculnya calon dari dunia ketiga. Terutama dari Afrika. Di benua tersebut, umat Katolik tumbuh pesat.
Calon-calon dari Eropa pun tak terlampau memikat lantaran deraan aneka skandal yang mengguncang gereja Katolik. Misalnya kasus pelecehan seksual oleh para pastor hingga ruwetnya birokrasi dan korupsi di Bank Vatikan.
"Semoga yang terpilih adalah gembala berhati lapang dan punya kapasitas mengatasi problem gereja yang sangat-sangat besar," kata Maria Dasdores Paz, biarawati asal Brasil yang mengikuti misa di Roma.
Kepada koran Italia La Stampa, Kardinal Norberto Rivera Carrera dari Meksiko mengakui bahwa muncul cara pandang yang berbeda-beda di antara para kardinal soal Paus anyar nanti. Apakah sosok akademis-teologis, sosok yang dekat dengan umat, atau cukup seorang manajer yang baik. Lalu, jika demikian, apakah konklaf bisa berlangsung "sengit"" "Rasanya tidak. Kami akan sampai pada keputusan dengan sangat cepat," ungkapnya.
Daya tarik pemilihan Paus ini sampai juga ke tangan para petaruh. Di Irlandia dan Inggris, Angelo Scola, kardinal dari Milan, memuncaki daftar taruhan. Bursa Paddy Power di Irlandia serta William Hill di Inggris memasang Scola dengan taruhan 9/4 sebagai Paus berikutnya. Posisi selanjutnya diduduki Kardinal Turkson dari Ghana dan Kardinal Scherer dari Brasil.
Bursa itu juga mempertaruhkan nama yang bakal dipilih Paus baru nanti dalam berkarya. Nama yang paling difavoritkan petaruh adalah Leo, disusul Petrus, Gregorius, Pius, Yohanes Paulus, Yohanes, dan Benediktus.
Selama ini, nama Paus yang paling banyak dipakai adalah Yohanes (23 kali), Gregorius (16 kali), Benediktus (16 kali), Klemens (14 kali), Inosensius (13 kali), Leo (13 kali), dan Pius (12 kali). (Reuters/AP/AFP/c11/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pimpinan Sulu di Sabah Tewas
Redaktur : Tim Redaksi