jpnn.com, PERTH - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu bertemu dengan Menhan Australia Marise Payne di Perth, Kamis (1/2). Pada pertemuan itu, Ryamizrad mengangkat berbagai isu strategis.
Di antara isu yang menjadi sorotan Ryamizard adalah uji coba nuklir Korea Utara, perkembangan sengketa Laut Tiongkok Selatan, foreign fighter dan ISIS, serta perkembangan krisis di Rohingya. “lndonesia prihatin dengan tes nuklir yang dilakukan Korea Utara karena telah melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)," kata Ryamizard pada pertemuan yang dilakukan sebelum kegiatan The Perth Meeting Sub Regional Defence Ministers Meeting On Counter Terrorism itu.
BACA JUGA: Ular Piton di Australia Terekam Video Lahap Possum Dari Kepalanya
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) itu menjelaskan, Indonesia dalam menghadapi isu Korut mengajak semua pihak untuk tidak terprovokasi dengan situasi yang dapat memicu eskalasi konflik. Dia menegaskan, Indonesia berkomitmen untuk menciptakan dunia yang bebas nuklir.
Menurut Ryamizard, Indonesia dan Korut secara diplomasi telah memiliki hubungan tradisional yang baik sejak masa Presiden Soekarno sampai saat ini. Karena itu, Kementerian Pertahanan (Kemenham) siap mendukung upaya-upaya mediasi, dialog dan juga mendorong six party talks atau dialog enam pihak diaktifkan lagi.
Terkait situasi di Laut Tiongkok Selatan, Ryamizard menegaskan, saat ini sudah cenderung membaik. Karena itu, sudah seharusnya semua pihak dapat memelihara momentum agar situasi terus kondusif.
Ryamizard mengakui, Indonesia saat ini sangat berkepentingan dengan stabilitas keamanan di kawasan Laut Tiongkok Selatan. Kawasan tersebut berhubungan langsung dengan wilayah teritorial Indonesia.
Setiap persoalan keamanan di wilayah tersebut tentu akan berdampak bagi Indonesia. “Kami sangat mengapresiasi kelanjutan upaya ASEAN-China dalam menyusun draft Code of Conduct (CoC) bagi keselamatan, keamanan dan kesejahteraan bersama," ujarnya.
Dia mengatakan, ancaman yang sangat nyata saat ini serta memerlukan tindakan konkret dan serius adalah bahaya terorisme dan radikalisme. Ancaman yang bersifat lintas negara itu memiliki jaringan yang tersebar dan tertutup sehingga dalam penanganannya memerlukan tindakan bersama-sama.
BACA JUGA: Kawasan Ini di Sydney Banyak Didatangi Kecoa
"Guna mengatasi ancaman terorisme dan radikalisme di kawasan, Indonesia bersama negara lainnya yaitu Filipina dan Malaysia telah mengambil langkah-langkah kerja sama yang konkrit melalui platform kerja sama trilateral di Laut Sulu," kata Ryamizard.
Dia menjelaskan, Kemenhan telah mengeluarkan satu inisiatif platform kerja sama baru. Yaitu, konsep kerja sama pertukaran intelijen strategis Our Eyes.
Peresmian Our Eyes digelar 25 Januari 2018 di Bali. "Secara khusus, saya ingin memberikan perhatian pada kembalinya para pejuang (teroris) asing ke negara asal mereka, terutama mereka yang berasal dari Indonesia," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, antara Indonesia-Austalia juga sepakat menandatangani perpanjangan perjanjian kerja sama Arrangement Between the Ministry of Defence of The Republic of Indonesia and The Departement of Defence of Australia for the Implementation of the Agreement Between the Republic of Indonesia and Australia on the Framework for Security Cooperation and its Plan of Action on Defence Cooperation.
Sebelumnya, kedua negara telah menandatangani perjanjian 5 September 2012 dan 5 September 2017.(boy/jpnn)
BACA JUGA: Ibu Biadab Bunuh Dua Anak Kandungnya demi Duit Asuransi
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Pilih Main Aman Soal Nuklir Korut
Redaktur : Tim Redaksi