JAKARTA - Pemerintah telah menghitung adanya pembengkakan pemakaian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dari kuota APBN 2011Ditjen Migas menyebutkan untuk kuota APBN 2011, khusus BBM jenis premium sebanyak 23,19 juta kiloliter (kl)
BACA JUGA: Pertumbuhan Ekonomi Direvisi Jadi 6,5 Persen
Sedangkan, realisasi hingga 31 Mei 2011 mencapai 9,37 juta kl, sehingga dalam RAPBN-P 2011 sebanyak 24,54 juta kl"Kami usulkan untuk volume BBM bersubsidi dalam RAPBN-P 2011, yakni kuota BBM bersubsidi sebesar 40,49 juta kl dengan jumlah premium sebanyak 24,54 juta kl," kata Dirjen Migas Evita H Legowo di hadapan anggota Komisi VII DPR, Jakarta, Rabu (6/7).
Menurut dia, konsumsi BBM bersubsidi telah membengkak terjadi sejak Februari lalu
BACA JUGA: Market Share 50 Persen
Pemakaian bahan bakar di atas rata-rata itu tidak hanya pada premium, namun juga solarBACA JUGA: Bursa Saham Rawan Tergelincir
Apalagi, di beberapa daerah penyelewengan bahan bakar ini masih tinggi."Disparitas harga BBM premium dan pertamax, yakni ketika harga pertamax mencapai Rp 9.250 per liter, pengguna premium semakin tinggiLalu, saat pertamax turun menjadi Rp 8.400 per liter, pengguna premium ikut turun," ujarnya.
Memang, peningkatan harga minyak dunia beberapa bulan ke lalu, turut mengerek harga BBM non-subsidiDisparitas harga antara BBM yang disubsidi dan tidak disubsidi mengakibatkan peralihan besar konsumen membeli BBM bersubsidiTak pelak, konsumsi BBM jenis premium cs ini meningkat.
Sementara itu, untuk kerosene (minyak tanah) pada APBN 2011 adalah sebanyak 2,32 juta kl dan realisasi hingga 31 Mei 2011 sebanyak 0,74 juta kl, sehingga untuk RAPBN-P turun menjadi 1,80 juta klAdapun, solar atau biodiesel pada APBN 2011 sebanyak 13,08 juta kl dan realisasi hingga 31 Mei 2011 sebanyak 5,35 juta kl atau meningkat untuk RAPBN-P menjadi 14,15 juta kl.
"Secara keseluruhan, volume BBM ada peningkatan, yakni dalam APBN 2011 sebanyak 38,59 juta kl, realisasi hingga 31 Mei mencapai 15,46 juta klTapi, dalam RAPBN-P naik menjadi 40,49 juta kl," urainya.
Evita mengatakan, hingga saat ini, kebijakan pengaturan BBM subsidi belum dapat dilakukan"Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat belum dapat dilaksanakan, karena belum tersedianya alternatif solar dan non subsidi yang memadai," kata Evita(lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tidak Hanya Luhut Panjaitan yang Incar PT Inalum
Redaktur : Tim Redaksi