TARAKAN – Sebagian warga Tarakan saat ini merasa cemas dengan adanya rencana pengurangan kuota Minyak Tanah (Mitan) bersubsidi di wilayah Tarakan oleh pihak. Masyarakat yang selama ini menggunakan bahan bakar minyak tanah untuk keperluan memasak sehari-hari khawatir akan kesulitan membeli Mitan subsidi yang dijual seharga Rp 3.300 per liter di tingkat pengecer.
Keresahan sangat dirasakan ibu-ibu rumah tangga khususnya yang belum beralih menggunakan gas untuk bahan bakar memasaknya. Mereka bingung akan menggunakan apa untuk memasak, jika Mitan susah didapat. Apalagi jika sampai subsidinya dicabut.
"Kalau dicabut, matilah kami. Kalau tidak pakai subsidi, pasti harganya sangat mahal. Jadi mau masak pakai apa kami. Apa terpaksa harus beli kompor dan tabung gas sendiri. Dulu katanya tabung gas mau dibagikan, ternyata sampai sekarang tidak ada," ungkap Tuti, salah seorang warga yang berdomisili di Kelurahan Karang Anyar. Dia mengaku belum menerima paket kompor dan tabung gas program pemerintah.
Dengan profesinya sebagai penjual gorengan, Ia mengaku keberatan dan sangat kecewa jika penarikan Mitan bersubsidi jadi dilakukan dalam waktu dekat. Menurutnya, penarikan Mitan bersubsidi bisa dilakukan jika pendistribusian paket konversi gas sudah berlangsung 100 persen. Sehingga, semua warga pakai gas dan tidak lagi pakai minyak tanah.
Senada diungkapkan Wawan, warga lainya. Menurut dia, hal itu akan menyengsarakan rakyat kecil yang penghasilannya pas-pasan seperti dirinya. Karena, jika dicabut subsidinya pasti harga Mitan akan mahal. Bahkan bisa lebih mahal dari harga yang saat ini hanya Rp 3.000 ribuan perliternya di tingkat agen. "Kalau non subsidi pasti harganya bisa Rp 10 ribu, di Pertamina saja sudah Rp 8 ribu. Apalagi di pangkalan dan pengecer," tandasnya.
Menurut Wawan, seharusnya, pertamina dan pemerintah lebih memikirkan nasib rakyat kecil seperti mereka. Kalau mau menarik subsidi untuk Mitan juga harus dipersiapkan dengan matang semuanya. Jangan sampai masyarakat jadi korban.
Terpisah, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Tarakan Untung Prayitno, membenarkan adanya rencana pengurangan kuota minyak tanah tersebut oleh pihak Pertamina. Dikatakan, pengurangan mitan tersebut berkisar 10 hingga 25 persen dari kuota yang ada, yakni dari 55 kilo liter per hari. Namun, jelasnya pengurangan tersebut tidak dilakukan secara langsung. melainkan dilakukan secara bertahap.
“Memang ada rencana pengurangan dan pencabutan. Namun, saat ini pihak pertamina masih menggodok dulu,” jelas Untung saat ditemui di ruang kerjanya.
Dikatakan, pencabutan mitan subsidi dilakukan karena upaya pemerintah pusat mengalihkan sibsidi minyak tanah ke gas elpiji. Karena harga gas elpiji dinilai lebih murah dibanding mitan. “Selain alasan ekonomis, konversi mitan ke LPG juga memberikan keuntungan lain berupa pemakaian energi yang bersih dan ramah lingkungan,” tutupnya. (ngh)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SPBU Bakal Dapat Insentif
Redaktur : Tim Redaksi