jpnn.com - jpnn.com - Kerusuhan yang melibatkan massa pendukung pasangan calon (Paslon) Bupati Pidie, Aceh, terjadi di halaman Grand Blang Asan Hotel, Selasa (10/1).
Peristiwa itu awali dengan protes dan walk out yang dilakukan pasangan Roni Ahmad (Abusyik) dan Fadlullah TM. Daud dari ruang debat kandidat.
BACA JUGA: Klaim Didukung Nahdlatul Wathan, Eh...Ternyata
Pasangan itu menilai aturan debat tidak sesuai dan mendzalimi pasangan nomor urut 2 itu.
Saat meninggalkan lokasi, massa pendukung pasangan jalur independen itu terlibat 'adu mulut' dengan massa pendukung pasangan nomor urut 3 H. Sarjani Abdullah dan M. Iriawan SE, dari Partai Aceh (PA).
BACA JUGA: Cegah Politik Uang, Kirim Satu Orang per TPS
Kondisi yang terus memanas, menyebabkan Panitia Pengawas Pemilihan (Panwaslih) Pidie terpaksa meminta Komisi Independen Pemilihan (KIP) Pidie menunda debat kandidat. Aparat kepolisian berhasil mengamankan kondisi hingga bentrokan tidak meluas.
Akibat kejadian tersebut, seorang pendukung Paslon PA, M. Nasir (55), dilaporkan terluka akibat bentrokan. Pihak PA juga mengaku telah melaporkan kejadian tersebut ke polisi,.
BACA JUGA: Yakin Menang Telak, 80 Persen
Kapolres Pidie, AKBP M. Ali Khadafi, kepada awak media di lokasi kejadian membenarkan adanya miskomunikasi antara pendukung Paslon. Ia juga juga membenarkan ada seorang pendukung yang melaporkan kasus penganiayaan saat bentrokan terjadi.
"Iya benar ada miskomunikasi antara pendukung nomor urut 2 dan 3. Tapi situasi sudah terkendali dan kondusif. Satu orang sudah melaporkan ke pihak kami terkait penganiayaan, dari pihak PA, yang dilaporkan dari pihak Abusyik. Sementara ini, masih kita panggil saksi korban," jelasnya.
Terkait walk out Paslon Abusyik, Dewan Pakar Hukum Paslon Abusyik, Muharramsyah SH, mengaku kecewa dengan sikap Panwaslih Pidie yang mengambil sikap melarang memakai kupiah mirah, dalam acara debat kandidat tersebut.
Padahal kupiah mirah bukan atribut, sehingga tidak ada dalam aturan penyelenggara Pilkada dan technical meeting yang sudah disepakati beberapa waktu lalu.
"Kami kecewa dengan Panwaslih, mereka meminta kami tidak memakai Kupiah Mirah, padahal itu bukan atribut partai, tidak ada dalam aturan itu. Jelas kami tidak mau, ini bukan atribut, jadi kami tidak mau mengikuti itu, karena kami tidak pernah menyetujui aturan tidak boleh memakai Kupiah Mirah," jelasnya.
Menanggapi hal tersebut, pihak Abusyik akan melaporkan KIP Pidie dan Panwaslih Pidie ke DKPP karena diduga telah melanggar kode etik.
Panwaslih Pidie, yang diketui Said Husein, kepada pihaknya mengaku menerima komplain dari seorang warga bernama Taufik, seorang pendukung Paslon nomor urut 1, terkait pemakaian kupiah mirah.
"Alasan itulah mereka memutuskan untuk melarang dan memerintahkan kami mencopot peci tersebut," jelasnya.
"Setelah kami cek kembali ternyataTaufik, tidak pernah melaporkan perkara tersebut dan tidak bermasalah dengan kupiah mirah yang kami pakai. Hal itulah yang membuat kami semakin curiga pada Panwaslih Pidie, sehingga kami harus melaporkan mereka ke DKPP."
Sedangkan pendukung Paslon nomor urut 3 dari PA dan Gabungan, mengaku sangat kecewa dengan sikap KIP Pidie yang tidak tegas dan menunda debat tanpa memberikan alasan pada undangan yang hadir, sehingga pihaknya terpaksa mendatangi kantor KIP meminta kejelasan pasti.
"Debat ini bukan hanya melaksanakan perintah UU, jangan main-main di sini, bukan mainan debat ini. KIP jangan cari aman, selain itu KIP sepertinya kurang sosialisasi perkara teknik hasil technical meeting kemarin, sehingga terjadi seperti ini, teman kami sudah menjadi korban pemukulan," kata Jubir Paslon dari PA Pidie, Said Safwatullah.
Pihaknya juga meminta KIP diskualifikasi rivalnya atas aksi walk out. (zia/mai)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Djarot: Biarkan Pak Ahok Apa Adanya
Redaktur & Reporter : Soetomo