Kelestarian kura-kura laut terancam punah akibat proses femininasi massal. Suhu yang terus menghangat di kawasan pantai membuat populasi satwa ini terus didominasi kura-kura betina.Fenomena ini terjadi di seluruh dunia, dimana suhu yang semakin menghangat telah mengakibatkan meningkatnya jumlah telur yang menetas berjenis kelamin betina. Tantangan saat ini adalah untuk mencari tahu bebatuan mana yang paling terdampak di Australia. Universitas Australia Barat (UWA) mengirimkan sejumlah peneliti yang memfokuskan penelitian penetasan telur kura-kura di kawasan pesisir Kimberley. "Ini merupakan penelitian yang penting dan akan memberikan kita pengetahuan mengenai apa yang akan terjadi dalam kurun waktu 50 tahun mendatang apakah rasio seksakan berubah, dimana akan terjadi distribusi dan akan seperti apa dampak perubahan iklim nantinya," kata ketua tim peneliti Nicki Mitchell. "Saya tidak mengira populasi kura-kura terancam punah dalam waktu dekat, karena mereka hidup sangat lama, bahkan hingga 120 tahun. Jadi perubahan mereka sangat lama,” "Tapi intinya adalah  perubahan iklim berlangsung sangat cepat, dibandingkan di masa lalu, jadi kelompok kami berusaha untuk mempelajari seberapa cepat mereka mampu beradaptasi,” Titik kritis untuk mementukan jenis kelamin pada satwa  kura-kura dianggap lebih 29 derajat Celcius. Jika pasir pantai lebih hangat maka telur yang dieramkan didalamnya akan menetaskan kura-kura betina, namun jika suhu pasir di pantai selalu dingin, tukik yang lahir akan berjenis kelamin jantan. Masalahnya adalah bahwa pantai di seluruh dunia terus memanas, dan ini bisa memiliki implikasi besar bagi penyu bebatuan. Peneliti Blair Bentley mengatakan seluruh populasi bisa terancam oleh fenomena ini. "Jika pantai terus menghangat aka nada lebih banyak kura-kura betina yang diproduksi dan seiring berjalannya waktu kura-kura jantan akan tetap mati pada tingkat yang lebih besar dari mereka yang menggantikannya, dan ini akan memicu apa yang kita sebut keruntuhan demografi," katanya. "Mungkin masih ada  kura-kura jantan dalam populasi mereka, tetapi akan ada jauh lebih banyak perempuan, dan keberhasilan reproduksi akan turun secara signifikan." Bentley telah mengunjung berbagai kawasan di pantai terpencil untuk mengumpulkan telur-telur bagi riset suhu biologinya. Perjalanan terbarunya adalah ke Pulau Lacepede, di Utara Broome, dimana pemandu lokal membanya dengan perahu ke pantai penetasan kura-kura. Disana, ditengah cuaca yang panas, mereka secara hati-hati menggali telur kura-kura di pantai berpasir putih. "Kami dinginkan telur-telur itu sekitar 7 derajat celcius, yang akan menahan perkembangan janin didalam telur sementara masih bisa mempertahankan kehidupan didalamnya, dan kami menerbangkan mereka dengan pesawat lke Perth,” "Kemudian di laboratorium kami menginjubasi dengan temperature yang sama guna mencari tahu titik perubaha dimana telur itu akan berganti dari jantan ke perempuan,” "Titik kritis untuk penyu biasanya antara 29 dan 30 derajat, meskipun sudah ada beberapa penelitian yang menunjukkan hal itu mungkin sedikit lebih tinggi di utara Australia, sehingga kita berusaha menyelidikinya,” Kunci mengatasi fenomena ini adalah bagaimana kura-kura terbukti bisa beradaptasi. Dr Mitchell mengatakan saat ini kain teduh sedang didirikan di beberapa pantai penangkaran penyu di luar negeri, untuk menghentikan tukik mati dari paparan panas dan mencoba untuk menjaga keseimbangan bauran gender yang sehat. Tapi dia berharap hal ini tidak akan diperlukan di Australia. "Kami harapkan kura-kura akan menemukan jalan mereka sendiri untuk beradaptasi, baik secara genetik, atau dengan mengubah kapan dan di mana mereka berkembang biak," kata Dr Mitchell. "Tapi kita hanya perlu tahu seberapa cepat yang dapat terjadi, dan jika ada implikasi pengelolaan yang dapat dilakukan bagi industri yang ingin mengembangkan di masa depan?" Misalnya, penelitian telah membuat penemuan mengejutkan - dengan pasir di satu remote pantai East Kimberley yang dapat memutar balik suhunya secara bertahap menjadi dingin. Pantai di Cape Domett ini bisa berakhir menjadi sesuatu dari suaka alami untuk proses  berkembang biak penyu yang mencoba untuk menghindari panas. Proyek ini didanai anggara  $30 juta yang berasal dari  Program Penelitian Ilmu Kelautan Kimberley Pemerintah Negara bagian, dengan temuan yang akan dirilis pada akhir tahun ini. 

BACA JUGA: Puluhan Bangunan di Australia Tercemar Asbes Mematikan

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sektor Energi di Australia Melemah, Warga Indonesia Ini Beralih Jualan Martabak

Berita Terkait