jpnn.com, JAKARTA - Upbit Indonesia menilai perubahan iklim adalah krisis yang tidak terlalu krusial tetapi memiliki efek yang jauh lebih menghancurkan daripada pandemi.
VP of Operations Upbit Indonesia Resna Raniadi menyatakan perubahan iklim menjadi bagian dari kehidupan manusia dan harus diatasi.
BACA JUGA: Bursa Aset Digital Upbit Membagikan Airdrop Saat Launching Gim Ragnarok
"Kita tidak dapat mengatasi masalah ini tanpa melakukan perubahan. Sebagai langkah awal inisiatif ini, kami telah melakukan perubahan dalam proses bisnis kami untuk dapat terus mencapai emisi negatif bersih," ujar Resna dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Kamis (9/6).
Oleh karena itu, Upbit Indonesia mengukur emisi gas rumah kaca (GRK) dengan mengadopsi standar internasional, GHG Protocol.
BACA JUGA: Hati-hati dengan Penipuan Menggunakan Nama Upbit
Inventarisasi Gas Rumah Kaca tersebut juga telah diverifikasi dalam laporan oleh TEMBUSU Asia Consulting Pte. Ltd., sebuah perusahaan konsultan keberlanjutan terkemuka di Asia.
Resna menyebut perusahaan memiliki strategi untuk mencapai jejak karbon negatif bersih yang diwujudkan dalam CMP-nya, termasuk pertimbangan dalam arsitektur infrastruktur TI, operasi bisnis, dan pengaturan alih daya.
BACA JUGA: Kabar Gembira Bagi Trader, Upbit Tawarkan Program Menarik
Optimalisasi infrastruktur IT cloud-native mampu mengurangi jejak karbon dan biaya operasinya.
"Termasuk memperhitungkan emisi karbon dari protokol POW mining. Ke depannya, kami secara aktif membangun teknologi dan bisnis agar dapat menemukan solusi baru untuk masalah klasik ini,” katanya.
Selain itu, Work from Home yang disebabkan oleh pandemi juga secara tak sengaja membantu bisnis operasi Upbit dengan mengurangi emisi terkait perjalanan ke kantor selama periode pandemi dan juga untuk seterusnya.
Adapun tiga cakuan yang dikendalikan adalah emisi langsung dari sumber yang dimiliki atau dikendalikan, emisi tidak langsung dari pembangkitan energi yang dibeli, dan semua emisi tidak langsung (tidak termasuk dalam cakupan 2) yang terjadi dan dilaporkan oleh perusahaan, termasuk semua emisi dari hulu dan hilir.
"Untuk mengontrol cakupan tiga emisi GRK lebih baik lagi, Upbit Indonesia telah memasukkan evaluasi GRK sebagai pertimbangan outsourcingnya," beber resna.
Kemudian, untuk mengimbangi emisi GRK yang tersisa, Upbit Indonesia menggunakan Gold Standard, skema offset GRK yang diakui secara internasional, untuk memfasilitasi pembelian dan penghentian kredit karbon dari 20 MW Biomass Power Project in Chhattisgarh, India.
Gold Standard mengesahkan kredit karbon dari proyek-proyek yang diaudit oleh pihak ketiga secara independen. Proyek Chhattisgarh 20 MW Biomass Power juga telah disertifikasi oleh United Nations Sustainability Development Goals dengan dasar bahwa proyek tersebut melibatkan 8 dari 17 tujuan yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Upbit Indonesia telah melaporkan semua dokumentasi pendukung emisi negatif bersihnya (Laporan Verifikasi, Rencana Pengelolaan Karbon, Sertifikat Gold Standard) di Luniverse TraceTM, layanan verifikasi data berbasis blockchain. Ke depannya, Upbit Indonesia berencana untuk mendapatkan sertifikasi BSI PAS 2060 Carbon Neutrality, setiap tahunnya.
Bersamaan dengan pengumuman Jejak Karbon Negatif Bersih oleh Upbit Singapura pada 27 September 2021, Upbit Indonesia (Upbit ID) mengumumkan telah melakukan pengurangan jejak karbon sejak pertama kali bisnis operasi.
Upbit bahkan telah melampaui total emisi dengan membeli kredit tambahan, sehingga menjadi jejak karbon negatif bersih. (mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul