Direktur Utama PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR), Bobby Gafur Umar, mengatakan pihaknya saat ini terus melakukan pembicaraan intensif dengan tiga perusahaan komponen otomotif asal Korea Selatan. Dua di antaranya adalah perusahaan terkemuka di sana dan satu lagi merupakan perusahaan baru.
"Mereka sudah ke sini belum lama ini, nanti malam (tadi malam, Red.) giliran saya akan ke sana," ujarnya dalam public expose di Jakarta, Senin (3/12).
Setidaknya ada dua jenis komponen yang sedang dalam kajian untuk diproduksi di Indonesia yaitu steering system dan suspension system. Masing-masing beserta produk turunannya dan dikhususkan bagi kendaraan komersial ringan sejenis pikap dan light truck. "Dua itu sedang kita kaji yang memang mampu kita buat di Indonesia," ungkapnya.
Market produk ini, kata Bobby, bukan hanya di dalam negeri tetapi juga untuk ekspor ke pasar Asia khususnya Asia Timur dan Asia Tenggara. BNBR akan menunjuk salah satu anak usaha yang bergerak di bidang ini yaitu PT Bakrie Tosanjaya.
Saat ini Bakrie Tosanjaya sudah melakukan aktivitas produksi komponen mobil niaga antara lain Shackle, Disk Brake, Brake Drum, Hub, Fly Wheel, dan Case Thermostat. Kliennya mulai dari Toyota, Honi, CAT, Suzuki, Isuzu, KIA, Komatsu, Mitsubishi, dan Nissan Diesel. Selain untuk pasar dalam negeri juga diekspor ke beberapa Negara seperti Australia, Jepang, dan Malaysia.
Salah satu dari perusahaan yang akan menjadi partner, kata Bobby, segera mengirim 20 orang untuk finalisasi pada Desember ini. "Finalisasi untuk rencana pembangunan kapasitas produksi untuk komponen steering system sama suspension system," tuturnya.
Selain sudah memiliki lahan eksisting di Bekasi yang saat ini dihuni Bakrie Tosanjaya, Bakrie sedang mengincar dua lahan lain di sekitar Tangerang dan Serang, Banten. Kebutuhan investasi diperkirakan mencapai USD 150 juta dalam jangka waktu lima tahun.
Bobby menjelaskan bahwa pada tahap awal pihaknya akan masuk sebagai pemegang saham minoritas sekitar 20 persen. Strategi itu dilakukan agar tidak memberatkan beban keuangan terlebih BNBR saat ini memiliki beban utang tinggi.
Sehingga pada tahap awal ini investasi terbesar ada dari pihak mitra tersebut. Hanya saja Bobby belum bisa menyebut nama-nama perusahaannya karena masih terikat non disclosure agreement (NDA). "Tetapi kepada partner kita sampaikan bahwa dalam lima tahun akan ada alih teknologi sehingga nantinya 100 persen di Indonesia. Sejalan dengan itu dalam 5 tahun kami mengakuisisi penuh kepemilikan dan dalam lima tahun ke depan target revenue sebesar USD 1 miliar," paparnya.
Bobby memastikan bahwa pembangunan pabrik akan dimulai pada tahun depan dan diperkirakan mulai produksi dua tahun ke depan. "Kita start dengan minoritas lah sekitar USD 25 juta atau USD 30 juta dulu," ucapnya.
Direktur Keuangan BNBR, Eddy Soeparno, mengatakan kontribusi divisi otomotif dari Bakrie Tosanjaya saat ini masih sangat kecil sekitar 10 persen dari pendapatan perseroan. Namun dengan aksi ini diyakini kontribusinya akan terus meningkat bertahap menjadi 20 persen pada dua tahun mendatang. "Kalau sudah lima tahun bisa sampai 35 persen sampai 40 persen," ucapnya.
Industry otomotif dipilih Bakrie karena dinilai memiliki nilai tambah lebih dan memiliki market potensial baik di dalam maupun luar negeri. Industry ini juga dinilai lebih tahan terhadap kondisi perekonomian global saat ini dibandingkan bisnis komoditi yang selama ini menjadi andalan grup Bakrie. Banyak pengamat menilai bahwa saat ini Bakrie berupaya memperbaiki kinerja dengan mengurangi porsi bisnis di energy dan komoditi untuk kemudian memperbesar industry manufaktur.(gen)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Toyota Rumahkan Dua Ribu Karyawan
Redaktur : Tim Redaksi