Kurikulum Vokasi Harus Fokus pada Kemampuan Soft Skill

Sabtu, 11 Juli 2020 – 21:10 WIB
Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto saat diskusi daring. Foto tangkapan layar/mesya

jpnn.com, JAKARTA - Dirjen Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto menilai, masih adanya lulusan vokasi yang menganggur karena kemampuannya didominasi hard skill.

Sementara yang dibutuhkan industri adalah soft skill, seperti kemampuan berkomunikasi yang baik, team work, punya integritas, jujur, dan lainnya.

BACA JUGA: Lulusan Sekolah Vokasi juga Banyak Dibutuhkan di Luar Negeri

"Saya melihat salah satu penyebab sebagian lulusan vokasi sulit diterima industri, karena yang dicari itu yang punya kemampuan soft skill. Hard skill itu penting, tetapi soft skill paling utama," kata Wikan dalam diskusi daring tentang program unggulan Direktorat Mitras DUDI Kemendikbud, Jumat (10/7).

Atas dasar itulah menurut Wikan, perlu dibuat kurikulum yang salah satu fokusnya pada kemampuan soft skill. Kurikulum ini harus dibuat industri dan satuan pendidikan vokasi.

BACA JUGA: Kemendikbud Targetkan 100 Prodi Vokasi Menikah Massal dengan Industri

"Kurikulumnya dibuat bersama, disetujui bersama. Industri harus mau memberikan surat pernyataan kalau kurikulum itu sudah sesuai dengan kebutuhannya. Ini tujuannya apa, agar lulusan vokasi yang dihasilkan kompeten dan sesuai kebutuhan industri," terangnya.

Dia mengungkapkan, dari ribuan satuan pendidikan vokasi, sepuluh sampai 30 persen sudah menikah dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

BACA JUGA: Jabar-Prancis Jajaki Kerja Sama di Bidang Pendidikan Vokasi

Namun, pemerintah menginginkan lebih dari 30 persen kampus atau SMK yang menikah.

Itu sebabnya, pernikahan ini harus dikuatkan salah satunya dalam penyusunan kurikulum.

"Saya melihat masalah yang dihadapi lulusan vokasi karena industri tidak puas dengan kemampuan lulusan vokasinya. Karena yang dipikirkan banyak lulusan. Lah, kalau lulusannya enggak bisa team work, enggak bisa ngomong ya percuma," ujarnya.

Wikan kembali menegaskan, dalam kurikulum, kemampuan soft skill harus diutamakan. Kalau itu bisa dilakukan, lulusan yang dihasilkan akan memiliki standar yang dibutuhkan industri.

"Outcome-nya adalah daya saing dan produktivitas industri naik karena SDM-nya unggul. Setelah itu industri mesti memberi gaji yang layak dan jenjang karir harus jelas. Jangan sampai lulusan vokasi ini gajinya enggak layak. Industri harus menghargai lulusan vokasi," tuturnya.

Dengan makin banyaknya lulusan vokasi yang sukses, tambah Wikan, akan berdampak pada ketertarikan siswa masuk SMK atau perguruan tinggi vokasi. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler