Kepala Dinkes Kotim dr Yuendri Irwanto mengatakan penderita penyakit kusta tersebar di beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Kotim. Di Puskesmas Tumbang Sangai, Kecamatan Antang Kalang menangani dua orang penderita dan semuanya telah selesai proses pengobatannya. Puskesmas Baamang I dan Samuda masing-masing satu orang masih dalam tahap pengobatan. Sedangkan untuk Puskesmas Ketapang II menangani kasus penyakit kusta terbanyak, yakni lima orang dan semuanya masih dalam proses pengobatan.
“Pengobatan terhadap penderita penyakit kusta tidak dipungut biaya alias gratis dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Kita masih memprediksi, penderita kusta ini akan lebih banyak lagi, mengingat masih tingginya keengganan penderita untuk melaporkan diri. Bahkan untuk diberikan pengobatan pun banyak yang menolak dengan alasan malu,” ungkap Yuendri.
Karena itu lanjutnya, untuk mengatasi hal itu, Dinkes terus berupaya melakukan pendekatan dan penyuluhan terhadap penderita kusta agar bersedia di berikan pengobatan. Selain itu, untuk mengambil dan menarik simpati para penderita kusta Dinkes melalui petugas Puskesmas juga rela menjemput penderita untuk diberikan pengobatan.
Lebih lanjut dijelaskan Yuendri bahwa penyakit kusta merupakan jenis penyakit yang menular dan membahayakan bagi penderita maupun orang lain. Untuk itu masyarakat diharapkan selalu waspada, namun ditegaskannya jangan sampai mengasingkan atau memusuhi penderita kusta.
“Dengan diberikannya perhatian dan pelayanan khusus dalam pengobatan ini kami berharap para penderita kusta kedepannya memiliki kesadaran dan mau datang sendiri ke Puskesmas terdekat,” imbuhnya.
Dijelaskannya lagi, penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai microbacterium. Microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”.
Sedangkan, mekanisme penularan yang tepat, menurut Yuendri juga belum diketahui. Namun, beberapa hipotesis telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat penderita dan penularan dari udara, serta diduga faktor genetika juga ikut berperan.
“Tanda-tanda penyakit kusta ini bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut, adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia, pada bercak putih itu pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak, itu bisa merupakan gejala,” pungkas Yuendri.
Kemudian dilanjutkannya, adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat. Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig tersebar pada kulit, alis rambut rontok, muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa).
Sedangkan gejala umum pada penyakit lepra adalah, panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil, anoreksia, nausea, kadang-kadang disertai vomitus, cephalgia, kadang-kadang disertai iritasi, orchitis dan pleuritis, kadang-kadang disertai dengan nephrosia, nepritis dan hepatospleenomegali dan neuritis. (gus/ton)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rumah Makan Samping Masjid Tetap Buka
Redaktur : Tim Redaksi