KY Belum Dapat 10 CHA Berkualitas

Senin, 30 April 2012 – 03:47 WIB

JAKARTA - Tugas berat harus diemban Komisi Yudisial (KY) dalam seleksi calon hakim agung (CHA) tahun ini. Sebab, setelah lima hari proses wawancara berlangsung instansi tersebut mengaku kepayahan mencari hakim berkualitas. Salah satu penyebabnya, banyak CHA yang tidak paham kode etik hakim.

Kepada Jawa Pos, Ketua KY Eman Suparman mengatakan hanya sedikit CHA yang benar-benar paham kode etik hakim dan mengamalkannya. Sisanya, mereka hanya menghafal hanya untuk kepentingan seleksi. "Bagaimana mau mengamalkan, kalau hafal saja tidak," ujarnya saat dihubungi kemarin.

Lebih lanjut dia menjelaskan, kebanyakan CHA yang tidak paham tersebut berasal dari hakim karir. Makin memperihatinkan, karena saat proses wawancara berlangsung ada hakim yang menawar pertanyaan panelis. Alasannya, itu tidak sesuai dengan yang dia hafalkan selama ini.

"Waduh, yang dihafal apa yang keluar apa," imbuh Eman menirukan jawaban salah satu CHA. Selain menawar pertanyaan, ada juga CHA yang mengaku lupa saat diajukan pertanyaan. Padahal, sudah ada dua puluh lima calon dengan status hakim karir menjadi sasaran pertanyaan para panelis terkait dengan profesi.

Dia berharap, diseleksi lanjutan pada hari ini bisa lebih baik. Sejatinya, masalah seperti ini merupakan ulangan tahun lalu. Artinya, CHA seolah cuek dengan masalah kode etik. Buktinya, dari jangka waktu seleksi tahun sebelumnya hingga sekarang masih saja ada CHA yang tidak paham kode etik.

Ujung-ujungnya, dia menyebut kalau belum ada setengah peserta yang memenuhi kriteria KY. Pun kalau dipaksa apakah sudah ada 10 calon mumpuni, dikatakannya belum ada. Meski demikian, dia tidak mau ambil pusing. CHA yang tidak mumpuni tetap tidak akan diloloskan.

"Kami tidak ada target berapa yang lolos meski DPR minta 15 orang sekalipun," urainya. Bukan tanpa alasan dia lebih memilih untuk meloloskan sedikit pengadil. Dia tidak ingin berjudi kalau meloloskan hakim tak paham etik, tapi nanti terpilih oleh DPR.

Sudah jadi rahasia umum jika di parlemen nantinya mereka akan dipilih secara voting. Nah, pertimbangan politis bisa saja meloloskan CHA yang kurang berkualitas. Oleh sebab itu, dia memilih untuk mati-matian menyaring CHA saat ini daripada mempertaruhkan kualitas hakim agung kedepannya.

Tidak hanya itu, yang memperihatinkan lagi ada CHA yang mengirim "mata-mata" ke KY untuk tahu materi wawancara. Sistem wawancara terbuka membuat CHA leluasa memasukkan orang asing. Beruntung, panelis hafal dengan wajah wartawan yang mangkal di KY. Jadinya, para panelis tidak tertipu dan balik mengerjai.

Caranya, materi pertanyaan yang disampaikan ke CHA tidak ada yang sama setiap harinya. Jadinya, informasi yang diberikan oleh "mata-mata" tersebut tidak berguna sama sekali. "Sampai ada peserta yang tanya seperti ini: kok tidak ditanyakan tentang ini, padahal sudah saya hafalkan," terangnya. (dim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berani Tahan Angie, KPK Jangan Mau Direcoki


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler