La Nyalla Sebut Joko Driyono Sangat Tahu soal Vigit Waluyo

Kamis, 20 Desember 2018 – 13:39 WIB
Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono. Foto: dok/JPG

jpnn.com, SURABAYA - Meski PSSI dalam tekanan yang begitu besar, sang wakil ketua umum Joko Driyono tetap tenang. Dalam Diskusi bertajuk #PSSIHarusBaik yang digagas Jawa Pos di Graha Pena, Surabaya (17/12) dia yakin Liga 1 bebas dari pengaturan skor.

Indikasinya adalah besarnya perputaran uang dalam rumah judi bola untuk Liga 1. Per satu laga Liga 1, setidaknya ada USD 5,7 juta atau setara Rp 70 miliar uang yang berputar di rumah judi.

BACA JUGA: Polri Turun Tangan Usut Kasus Mantan Exco PSSI

"Semakin besar uang yang berputar di rumah judi, semakin tinggi trust bahwa sepak bola Indonesia tidak diatur. Kalau jumlah uang yang berputar sedikit, itu artinya sepak bola Indonesia bisa diatur, dan akan ditinggalkan para pejudi," kata pria yang akrab disapa Jokdri itu.

Dia semakin yakin lantaran 70 persen laga di Liga 1 disiarkan secara live. "Jadi bisa terawasi secara kolektif," imbuhnya.

BACA JUGA: Manajer Madura FC Dipanggil Bareskrim

Untuk Liga 1, boleh saja Jokdri menepuk dada. Namun, tidak untuk Liga 2. Indikasi pengaturan skor begitu besar. Bahkan Hidayat memilih mundur dari Exco PSSI karena pernah mencoba mengajak Madura FC mengatur skor.

Mantan Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti yang turut hadir dalam diskusi #PSSIHarusBaik bahkan tak sungkan menyebut nama Vigit Waluyo sebagai dalang pengaturan skor di kasta kedua.

BACA JUGA: Perangi Pengaturan Skor, PSSI Gandeng Polri

La Nyalla mengatakan, Vigit memang ada di luar struktur PSSI. Namun, pengaruhnya cukup besar. Dia merupakan kaki tangan bandar untuk mengatur skor. "Nah dia (Vigit) ikut bekerja sama dengan (oknum) pengurus PSSI. Saya rasa Mas Joko (Driyono) sangat tahu itu. Cuma ya mas Joko mungkin nggak mentoloan. Kalau saya sih, mentolo saja," kata Ketua PSSI Periode 2015-2016 itu sembari mencolek Jokdri.

Jokdri yang duduk tepat di sebelah La Nyalla memilih tenang. Hanya duduk diam tanpa merespons. Melihat hal itu, La Nyalla meneruskan pembicaraannya. Dia menyatakan, pada saat masih menjabat ketua PSSI, Vigit tidak diberi ampun olehnya. "Dulu saya kolaborasi sama mas Joko, Vigit enggak bisa berbuat apa-apa. Setiap ada wasit yang dijamah Vigit, langsung kami ganti," tegasnya.

Menurutnya, kembali beringasnya Vigit tak lepas dari minimnya pengawasan. Ketua PSSI saat ini, Edy Rahmayadi, dinilai belum sepenuhnya paham soal hal itu. "Yang paham ya Mas Joko ini. Mungkin mas Joko nggak berani ngomong, menghormati Ketum. Tapi jadinya ya begini ini. Padahal Mas Joko ini sudah paham sepak bola, sudah pantas jadi ketum," kata La Nyalla yang disambut riuh tepuk tangan peserta diskusi #PSSIHarusBaik.

Jokdri memang sudah cukup lama berada dalam tubuh PSSI. Bahkan, tak sedikit desakan agar pria asal Ngawi itu segera mundur. Itu karena Jokdri dianggap punya ambsi terselubung selama menjadi pejabat di PSSI. Jokdri tak menampik itu. "Kalau saya tak punya ambisi untuk membangun PSSI, tentu sudah saya tinggalkan PSSI. Saya terapkan doing football, bukan hanya talking football saja," tegasnya.

Nah, wujud doing football itu adalah pembentukan Komite Ad Hoc Integrity. Komite ini resmi dibentuk usai rapat PSSI pada 7 Desember lalu. Mereka akan menggandeng Polri untuk memberantas match fixing. "Investigasi kan butuh pembuktian yang luar biasa. Pakai data yang akurat. Mengungkap pengaturan skor memang butuh tools, butuh partner agar investigasi benar-benar akurat," tegas Jokdri.

La Nyalla mendukung hal itu. Dia menilai tak sulit untuk memberantas match fixing. Apalagi kalau PSSI bekerjasama dengan Menpora maupun institusi lain. “Gunakan semua perangkat yang ada. Kalau ada niat, nggak susah kok,” katanya. Meski begitu, La Nyalla enggan kembali ke dunia sepakbola untuk membantu pemberantasan pengaturan skor. “Saya mending ngurusin yang lain saja. Lagian mas Joko juga lebih tahu,” tegasnya.

Masalahnya, PR PSSI bukan itu saja. Mereka juga masih punya banyak hutang. “Sampai saat ini, total hutang PSSI mencapai Rp 30 miliar, termasuk ke pak Nyalla,” kata Jokdri. PSSI memang punya hutang pada La Nyalla, totalnya mencapai Rp 13,9 miliar. “Dulu saat saya baru jadi ketua, PSSI punya banyak hutang. Ke pemain, ke pelatih (timnas). Jadi saya yang bayar. Jadi pemimpin memang harus bondo. Tapi soal hutang, saya kembalikan ke mas Joko, lagipula itu uang kecil,” sindir La Nyalla.

Ternyata, hutang yang menumpuk itu berimbas pada keuangan klub. PSSI sampai saat ini belum juga membayarkan uang hadiah kepada para juara musim lalu. Yakni Bhayangkara FC di Liga 1, Persebaya Surabaya juara Liga 2 dan Blitar United yang jadi kampiun Liga 3. “Kami sudah rapatkan, rencananya uang juara itu akan kami bayarkan Januari 2019 nanti,” kata Jokdri. (gus)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PSSI - Bareskrim Bentuk Satgas Anti-Pengaturan Skor


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Joko Driyono   PSSI  

Terpopuler