La Ode Ida Populer, Calon Incumbent Masih Kuat

Sabtu, 24 Desember 2011 – 02:44 WIB

JAKARTA - Manager Strategi dan Pemenangan Jaringan Suara Indonesia (JSI), Andi Irfan Jaya memberikan beberapa penilaian terhadap nama-nama pesaing calon incumbent, Nur Alam pada pemilihan gubernur (Pilgub) Sulawesi Tenggara tahun 2013Khusus untuk La Ode Ida, yang saat ini menjabat sebagai wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), ia menilai bakal calon yang paling populer.

"La Ode Ida memang top

BACA JUGA: Pengurus Tak Aktif, Demokrat Jambi Pecat Kader

Tingkat popularitasnya tinggi
Siapa sih yang tidak kenal dengan La Ode Ida?," kata Andi Irfan Jaya pada diskusi bertema "Mencari Pemimpin Ideal di Kawasan Indonesia Timur" yang digelar di Grha Lembang 9, Fajar Group, Jalan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (22/12) malam.

Meskipun La Ode Ida paling populer, namun modal itu tidak cukup untuk menjadi calon gubernur

BACA JUGA: MK Perintahkan KPUD MTB Terima Berkas Isai Wuritimur-Angwarmase Luk

Menurut pria yang akrab disapa Irfan ini, seorang calon setidaknya harus memiliki tiga tingkatan untuk bisa mendapatkan suara terbanyak.

"Ada tiga faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan, tingkat popularitas, tingkat kesukaan dan tingkat keterpilihan atau elektabilitas," katanya.

Menurut Irfan, tingkat kesukaan pemilih dan tingkat elektabilitas yang dimiliki La Ode Ida masih kurang
Justeru yang dua tingkatan ini dipunyai oleh Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN), Nur Alam

BACA JUGA: Ditanya Pilgub DKI, Nachrowi Jawab Optimis

"Itulah kelebihan yang dimiliki calon incumbent," ucapnya.

Tingkat kesukaan dan keterpilihan diakui Irfan memang dimiliki La Ode Ida di kabupaten yang ada di SultraTapi tidak merata, hanya di di kampung asalnya, Kabupaten MunaBerbeda dengan Nur Alam yang hampir merata di 12 kabupaten/kota di Sultra"Itu pun di Kabupaten Muna, tapi di sana ada juga kekuatan Ridwan," katanya.

Popularitas La Ode Ida ini diibaratkan Irfan seperti Marwah Daud, tokoh Golkar yang saat itu meramaikan bursa bakal calon Pilgub Sulawesi Selatan tahun 2008Meskipun sangat dikenal oleh masyarakat tapi terhalang karena tidak memiliki pintu untuk diusung menjadi calon gubernur.

"Nur Alam masih kuat karena memiliki tingkat elektabilitas dan disukai pemilihIni juga yang menjadi kelemahan La Ode Ida karena pemilih mempertanyakan lewat partai mana dia akan majuBeda dengan Nur Alam yang sudah punya partai pengusung," katanya.

Irfan menjelaskan, meskipun La Ode Ida digadang-gadang lewat pintu Golkar, tapi teramat susah untuk mendapatkan dukungannyaSebab, ada tiga bakal calon yang memperebutkanSelain La Ode Ida, ada juga Ridwan (Ketua DPD Golkar Sultra) dan Ali Mazi (mantan Ketua DPD Golkar Sultra.

Kalaupun lolos dan dipastikan diusung Partai Golkar, namun sulit juga untuk mengharapkan partai Golkar untuk bekerja karena adanya tiga faksi"Memang ada komitmen, siapa pun calon yang akan diusung Golkar, itu yang akan didukungTapi dalam realitas politik, komitmen seperti itu tidak terwujud," ujarnya.

Bagaimana dengan beberapa nama bakal calon seperti Buhari Matta yang mencuat selama ini? Irfan mengatakan sebetulnya dalam pemilihan semua calon memiliki peluang yang sama, meskipun calon incumbent diuntungkan karena memiliki banyak kesempatan untuk bersosialisasi dengan masyarakat.

Irfan mencontohkan ketika Pilgub Sultra yang sebelumnya dimenangkan Nur AlamKata dia, Ali Mazi yang saat itu menjadi calon incumbent kalah dari Nur Alam karena membuat blunder politik di detik-detik terakhir menjelang pemungutan suara.

Ia menceritakan, saat debat kandidat AM yang menjelaskan namanya mengatakan AM bukan Ali Mazi tapi Allah dan Muhammad, Allah yang melahirkan Muhammad di MekkahPernyataan ini yang kemudian menjadi blunder di detik-detik terakhir karena menyalahi dengan pemahaman di tengah masyarakat"Semua bisa terjadi karena pemilih ini sangat dinamis, susah untuk ditebak," pungkasnya(awa/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PD Enggan Ungkit Kesalahan Masa Lalu


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler