JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), La Ode Ida mengatakan kerusakan bangsa akan terus berlanjut dalam kurun waktu yang cukup lama. Dia memperkirakan setidaknya empat kali pemilihan umum (Pemilu) presiden ke depan belum akan menemukan sosok pemimpin bangsa yang benar-benar mengurus bangsanya.
"Kerusakan bangsa ini sudah terlalu parah akibat salah kelola dalam waktu yang cukup panjang. Dengan sendirinya, upaya untuk perbaikannya juga butuh waktu yang cukup lama pula," kata Laode Ida, dalam acara peluncuran buku "Pilpres Abal-abal, Republik Amburadul", di Press Room DPR, Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Jumat (8/3).
Menurut senator asal Sulawesi Tenggara itu, mengacu pada sistem Pemilu Presiden dan Legislatif yang saat ini dipakai tidak akan pernah terjaring sosok presiden yang beritikad baik membenahi kerusakan bangsa ini dan hidup dalam pola kesederhanaan. "Soal contoh kesederhaanaan hidup itu teladannya ada pada mantan Wakil Presiden RI Muhammad Hatta," tegas La Ode Ida.
Dikatakannya, dengan sistem Pemilu yang ada seperti sekarang, Pemilu hanya akan menghasilkan presiden dan pejabat pemerintahan penikmati fasilitas yang diberikan oleh rakyat. "Saya meyakini masyarakat hanya punya kesabaran maksimal untuk empat kali Pemilu mendatang. Setelah itu, rakyat akan memilih dengan cara mereka sendiri," ujar dia.
La Ode menegaskan salah satu penyebab lambatnya penghentian proses pengrusakan bangsa ini karena elit secara sengaja membangun politik oligarki dan kekuasaan dipertahankan secara turun-temurun di internal keluarga dan kerabatnya.
"Satu-satunya cara untuk memutus siklus oligarki kekuasaan itu adalah gerakan revolusi terkontrol sebab reformasi yang selama ini diyakini bisa memperbaiki kerusakan bangsa ini ternyata tidak terbukti," kata Laode Ida. (fas/jpnn)
"Kerusakan bangsa ini sudah terlalu parah akibat salah kelola dalam waktu yang cukup panjang. Dengan sendirinya, upaya untuk perbaikannya juga butuh waktu yang cukup lama pula," kata Laode Ida, dalam acara peluncuran buku "Pilpres Abal-abal, Republik Amburadul", di Press Room DPR, Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Jumat (8/3).
Menurut senator asal Sulawesi Tenggara itu, mengacu pada sistem Pemilu Presiden dan Legislatif yang saat ini dipakai tidak akan pernah terjaring sosok presiden yang beritikad baik membenahi kerusakan bangsa ini dan hidup dalam pola kesederhanaan. "Soal contoh kesederhaanaan hidup itu teladannya ada pada mantan Wakil Presiden RI Muhammad Hatta," tegas La Ode Ida.
Dikatakannya, dengan sistem Pemilu yang ada seperti sekarang, Pemilu hanya akan menghasilkan presiden dan pejabat pemerintahan penikmati fasilitas yang diberikan oleh rakyat. "Saya meyakini masyarakat hanya punya kesabaran maksimal untuk empat kali Pemilu mendatang. Setelah itu, rakyat akan memilih dengan cara mereka sendiri," ujar dia.
La Ode menegaskan salah satu penyebab lambatnya penghentian proses pengrusakan bangsa ini karena elit secara sengaja membangun politik oligarki dan kekuasaan dipertahankan secara turun-temurun di internal keluarga dan kerabatnya.
"Satu-satunya cara untuk memutus siklus oligarki kekuasaan itu adalah gerakan revolusi terkontrol sebab reformasi yang selama ini diyakini bisa memperbaiki kerusakan bangsa ini ternyata tidak terbukti," kata Laode Ida. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pilgub Keok Terus, Golkar Salahkan Kader
Redaktur : Tim Redaksi