jpnn.com, JAKARTA - Analis Utama Politik Keamanan LAB45 Christian Guntur Lebang memaparkan hasil riset LAB4 menemukan bahwa transformasi digital di Indonesia masih berada di level bawah pada tingkat global.
Hal itu dimapaikan saat Christian saat Seminar “Menelusuri Langkah Akselerasi Transformasi Ekonomi Digital di Indonesia” yang digelar pada hari Senin (13/11).
BACA JUGA: Riset LAB45 Catat 3 Tantangan Transformasi Ekonomi Hijau di Indonesia
Christian mengatakan memaparkan bahwa Indonesia masih memiliki sejumlah tantangan yang berkutat pada elemen infrastruktur digital, masyarakat digital, ekonomi digital, dan pemerintahan digital.
Menurutnya, meski saat ini, berbagai regulasi dan kebijakan sektor digital telah diterbitkan untuk mengakomodasi berbagai tantangan tersebut. Akan tetapi, tumpang tindih kewenangan antarbirokrasi masih menjadi hal yang belum dapat dipisahkan.
BACA JUGA: Pastikan Listrik Andal pada Gelaran Piala Dunia U-17, PLN Hadirkan Digitalisasi Monitoring di JIS
"Selain itu, isu persaingan geopolitik, ancaman siber, dan konsumsi energi yang cukup besar akan menjadi tantangan yang akan mengiringi transformasi digital di Indonesia," ujar Christian.
Dia menyebut melalui kebijakan yang menyasar pada perbaikan infrastruktur digital, kualitas SDM, dan tata kelola digital, diharapkan mampu menjawab berbagai permasalahan percepatan transformasi digital di Indonesia.
Ekonom Senior dan Pendiri CORE Indonesia Dr. Hendri Saparini mengatakan bahwa transformasi digital merupakan sesuatu yang penting, tetapi harus hati-hati dalam pelaksanannya.
Selain transformasi digital, pembangunan ekonomi dan sosial harus turut mengadopsi paradigma hijau dan bersifat inklusif.
Pada dasarnya, transformasi digital merupakan proses perubahan dalam peradaban yang melingkupi semua lini masyarakat tanpa terkecuali, salah satunya untuk menekan kesenjangan.
"Meskipun penetrasi internet di Indonesia tergolong tinggi, perhatian perlu difokuskan pada internet yang inklusif dan optimal sebagai media literasi digital, di samping pemanfaatannya sebagai sarana hiburan dan media sosial," kata Dr. Hendri.
Lanjut Hendri Saparini, pertumbuhan internet yang positif tidak selamanya menjanjikan kesejahteraan.
Dengan kata lain, fokus terpenting adalah mendorong digitalisasi sebagai penggerak perekonomian.
Diperlukan arah kebijakan strategis yang mendorong peta jalan digitalisasi jelas dan terarah, membangun kepercayaan investor dan publik melalui iklim digital yang aman, serta meningkatkan kontribusi kalangan muda dalam pengembangan ekonomi digital.
"Pada akhirnya, digitalisasi harus menjadi media pendukung daya saing serta produktivitas ekonomi nasional dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inklusif," ujar Hendri.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNPAD Prof. Yudi Azis menyampaikan sejatinya Indonesia telah siap mengimplementasikan transformasi digital, terlihat dari terbitnya berbagai peraturan pemerintah sebagai basis legal.
Yudi menilai sebagai negara dengan potensi ekonomi yang besar, Indonesia memerlukan keberlanjutan kebijakan yang lebih spesifik mendorong digitalisasi sebagai basis pemerataan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas kehidupan sosial dan lingkungan.(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul