jpnn.com, TRIPOLI - Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Libya pada Minggu (7/6) menyambut pembukaan kembali ladang minyak Sharara. Sebelumnya, ladang minyak terbesar Libya itu ditutup oleh para kepala suku pada Januari lalu.
"Kedutaan Besar menyambut baik pengumuman National Oil Corporation (NOC) bahwa mereka akan melanjutkan produksi di ladang minyak Sharara yang krusial tersebut, sebuah langkah maju yang signifikan ketika NOC memenuhi mandat penting dan apolitisnya untuk memajukan kepentingan semua warga Libya," tulis kedutaan AS dalam sebuah pernyataan.
BACA JUGA: Rusia Kirim 14 Jet Tempur ke Libya, Respons Amerika Bikin Situasi Makin Gawat
"Penutupan yang tidak perlu selama lima bulan di sektor energi Libya dan penargetan personel serta fasilitas NOC harus berakhir di seluruh negeri," papar kedutaan.
"Sekarang waktunya bagi semua pihak yang bertanggung jawab untuk menolak upaya-upaya militerisasi sektor energi, memecah institusi ekonomi Libya, dan membuat infrastruktur krusial tunduk kepada kepentingan asing."
BACA JUGA: Konflik Libya Memanas, Rusia Kirim 14 Jet Tempur Andalannya
NOC mengatakan bahwa ladang minyak Sharara telah dibuka kembali setelah negosiasi panjang. Perusahaan milik negara itu mengungkapkan bahwa produksi akan dimulai pada kapasitas 30.000 barel per hari.
Sementara kapasitas penuh ditargetkan terwujud dalam waktu 90 hari.
BACA JUGA: Libya Umumkan Kasus Pertama Corona, Perang Saudara Tetap Berlanjut
"Perekonomian Libya cukup menderita akibat blokade-blokade ilegal, dan kami berharap pemulihan aktivitas produksi di ladang minyak Sharara ini akan menjadi langkah pertama untuk menghidupkan kembali sektor minyak dan gas Libya, serta mencegah keruntuhan ekonomi di Libya," ujar pimpinan NOC, Mustafa Sanalla.
Para kepala suku di Libya timur menutup pelabuhan dan ladang minyak sejak Januari lalu. Mereka menuduh pemerintah dukungan PBB yang berbasis di Tripoli menggunakan pendapatan minyak untuk mendukung kelompok-kelompok bersenjata dalam melawan tentara yang berbasis di timur.
Menurut NOC, penutupan ladang minyak dan pelabuhan tersebut sejauh ini menyebabkan kerugian lebih dari USD 5,2 miliar dolar AS. (xinhua/ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil