jpnn.com - NILAI investasi Surabaya selama 2013 menurun dibanding tahun sebelumya. Data Badan Koordinasi Pelayanan dan Penanaman Modal (BKPPM) mencatat, angka turunnya penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri cukup signifikan di metropolis.
Menurut data yang tersaji dalam website BKPPM tersebut, terungkap bahwa pada 2012 penanaman modal asing (PMA) mencatatkan investasi Rp 298, 7 miliar dan USD 12,1 juta, sedangkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp 4,3 triliun.
BACA JUGA: Produsen Alas Kaki Relokasi ke Jatim
Namun, raihan sepanjang tahun lalu menggambarkan tren penurunan tersebut, yakni PMA Rp 91 miliar dan USD 8,3 juta, sedangkan PMDN Rp 426 miliar. Karena itu, jika dibandingkan dengan kota dan kabupaten di Jatim, Surabaya kalah oleh Sidoarjo. Surabaya hanya nangkring di peringkat keenam.
Kepala BKPPM Eko Agus Supiadi mengakui adanya penurunan tersebut. Menurut dia, investasi PMA dan PMDN itu ngedrop bukan karena kinerja badan perizinan yang buruk. Sebab, dengan berlakunya Surabaya Single Window (SSW) atau perizinan online, masyarakat yang ingin mendirikan usaha cukup terbantu. Bahkan, bila ada orang yang mengalami kesulitan mengurus perizinan, pihaknya siap membantu.
BACA JUGA: Telkom Seriusi Layanan IT
Menurunnya investasi tersebut semata-mata disebabkan sektor lahan yang menipis. "Investasi di bidang PMA dan PMDN tersebut biasanya dalam bentuk pendirian pabrik. Kalau Surabaya terus di mana lagi. Lahan sudah kian sulit dan mahal," ungkapnya.
Eko mengatakan bahwa investasi di Surabaya tidak boleh dilihat semata-mata dari masuknya investasi asing dan pemodal dalam negeri. Lebih dari itu, investasi nonfasilitas, seperti pendirian hotel dan rumah makan, juga harus diperhatikan. Khusus untuk hal tersebut, Surabaya bisa dibilang cukup merajai. Yakni, total nilainya mencapai Rp 23 triliun. Bahkan, tahun ini diprediksi naik 6 persen.
BACA JUGA: Bursa Tak Khawatir Tapering Off
Menurut Eko, pembukaan jaringan jalan baru di kawasan Surabaya Timur cukup memengaruhi hal tersebut. Misalnya, jalan Middle East Ring Road (MERR) II-C yang kini diminati pengusaha hotel, apartemen, dan rumah makan.
"Belum lagi, kalau lingkar luar timur dioperasikan. Saya yakin investasi jauh lebih meningkat. Kami siap menyambut itu," katanya.
Bahkan, saat ini Surabaya mengupayakan revisi kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) yang memungkinkan orang membangun hotel setinggi-tingginya. Cara itu juga mengantisipasi lahan yang kian menipis. (git/mas/end)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Beri Tambahan Waktu Merpati untuk Mantapkan Bisnis Plan
Redaktur : Tim Redaksi