Bursa Tak Khawatir Tapering Off

Jumat, 31 Januari 2014 – 08:19 WIB

jpnn.com - JAKARTA - The Fed atau bank sentral AS kembali mengurangi stimulus moneter (tapering off) sebesar USD 10 miliar menjadi USD 65 miliar per bulan. Bursa saham Indonesia kemarin tak terpengaruh dan sanggup menguat di saat mayoritas bursa Asia terkoreksi.

Setelah sempat melemah lebih dari 1,5 persen di awal perdagangan, indeks harga saham gabungan (IHSG) akhirnya menguat 1,408 poin (0,032 persen) ke level 4.418,757. Sebaliknya indeks LQ45 menipis 0,71 poin (0,10 persen) ke level 741,76.

BACA JUGA: Beri Tambahan Waktu Merpati untuk Mantapkan Bisnis Plan

Penguatan terutama didominasi saham non blue chip dari aksi beli oleh investor domestik. Sebaliknya investor asing melakukan aksi jual dengan penjualan bersih (net sell) senilai Rp 154,3 miliar.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengatakan, kebijakan The Fed sebaiknya tidak mengakibatkan kekhawatiran berlebih. "Tapering off itu hanya pengurangan stimulus. Namun stimulusnya masih ada," katanya di Jakarta kemarin.

BACA JUGA: Siapkan Rp 700 M, Pegadaian Bangun Lima Hotel

Menurut Ito, tapering off memang harus dilakukan."Sentimen negatif selalu ada. Kita tidak imun terhadap sentimen negatif global tetapi akan pulih dengan cepat," tuturnya..

Menurut dia, yang perlu diwaspadai justru adalah perkembangan makroekonomi. Seperti, perkembangan neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Ito optimistis IHSG pada tahun pemilu ini akan tetap tumbuh meskipun tidak akan setinggi seperti tahun pemilu di periode-periode  sebelumnya.

BACA JUGA: Rute Akan Diambil, Dirut Merpati Sambangi Kemenhub

"Tahun 2004 naik 44,56 persen. Tahun 2009 naik 86,9 persen. 2014 mungkin tidak setinggi tahun-tahun lalu tapi saya yakin tetap naik," tegasnya.

Head of Technical Research PT Trust Securities Reza Priyambada mengatakan aksi jual investor asing di bursa saham Indonesia tidak lepas dari sentimen negatif dari penurunan bursa saham AS sesaat.

"Di sisi lain, rilis kinerja di bawah estimasi dari beberapa emiten antara lain Yahoo! Inc, AT&T Inc, dan Boeing Co, turut menambah sentimen negatif," ujarnya, kemarin.

Meskipun demikian, menurut dia, sebanyak 77 persen dari emiten dalam indeks S&P 500 yang telah merilis kinerjanya masih berhasil melampaui estimasi.

Direktur Eksekutif The Finance Eko B Supriyanto mengatakan, pengurangan stimulus oleh The Fed mengakibatkan nilai tukar beberapa negara berkembang terdepresiasi. "The Fed juga memberi guidance bahwa tapering masih akan dilakukan di bulan-bulan ke depan seiring membaiknya data ekonomi AS," ucapnya.

Nilai tukar rupiah kemarin melemah ke level Rp 12.226 per USD dibandingkan Rp 12.154 per USD pada penutupan hari sebelumnya.

"Menurut kami BI tetap menjaga posisi rupiah karena diperkirakan akan terdepresiasi. Perbankan pun harus tetap menjaga likuiditasnya dan sekaligus menjaga kualitas kredit. Jangan sampai BI memberikan obat kenaikan suku bunga yang terlalu over dosis untuk menjaga rupiah," ujarnya. (gen/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dililit Utang, Dirut Merpati Belum Gajian


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler