"Sudah hampir sebulan kami mulai bekerja di sini, tapi untuk memasukkan alat berat ke lokasi itu belum mendapat persetujuan dari masyarakat setempat. Sekarang alat beratnya masih diluar kota,” kata Project Manager PT Adhi Karya, Sugiyono kepada Radar Tarakan (JPNN Grup), Jumat(5/10).
Alhasil, progress fisik PLTU yang dilakukan Adhi Karya saat ini masih sebatas pematokan dan pembersihan lahan. “Kalau memang alat berat kita tidak bisa masuk, ya sudah berarti tidak jadi untuk dikerjakan,” katanya.
Alat berat yang dimaksud seperti excavator, bulldozer dan lainnya yang didatangkan PT Adhi Karya dari Jakarta. Untuk itu, pihaknya berharap agar persoalan tersebut dapat segera dituntaskan oleh instansi terkait di Pemerintah Kota Tarakan.
Sementara itu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tarakan, Effendhi Djuprianto mengaku geram, proyek yang berkapasitas 2 x 7 Megawatt (MW) ini belum juga bisa terwujud dengan mulus. Padahal, kata dia, dari sejumlah masyarakat yang memiliki lahan di wilayah Sungai Maya itu, umumnya telah menyatakan dukungannya. “Alat berat dari Adhi Karya memang belum bisa masuk, persoalannya masuk dari laut, masyarakat belum dapat kepastian, dari darat juga masih ada persoalan sosial disamping proyek jalan,” ungkapnya kepada media ini.
Untuk itu, pihaknya meminta peran aktif dari semua pejabat teknis Pemerintah Kota Tarakan untuk segera mewujudkan penataan pengembangan proyek PLTU yang ditarget akhir tahun 2013 mendatang rampung. “Persoalan PLTU ini, akan coba kota komunikasikan ke PLN Pikitring dan PLN Pusat agar ada solusi-solusi lain, dan sharing dari teman-teman di DPR RI,” tutur Effendhi.
Meski begitu, masih dikatakan politisi Partai Golongan Karya ini, perlu waktu yang panjang untuk menuntaskan proyek ini. Sebab, jelas dia, semuanya perlu kajian teknis. “Tetapi, bukan berarti kita terus-terusan menunggu, dengan catatan diperlukan dukungan masyarakat termasuk untuk rencana pasokan gas dari Manhattan Kalimantan Investment (MKI) pada tahun 2013,” bebernya. “Masalah ini segera harus kita atasi, tidak perlu menunggu. Jangan saling tunggu,” sambung ayah tiga anak ini.
Pihaknya juga menegaskan, persoalan force majeure yang dihadapi PT (Pelayanan Listrik Nasional) Tarakan sehingga berakibat seringnya pemadaman listrik harus segera dituntaskan. Salah satunya percepatan proyek PLTU Sungai Maya. “Persoalan force majeure yang harus digerakkan, bukan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) solusinya masih banyak solusi lain,” urainya.
Namun, imbuh dia, tak dapat dipungkiri kenaikan TDL akan terjadi seiring fluktuatif harga gas dunia. “Semua pihak harus proaktiflah, jangan kita harus menunggu. Tapi disayangkan, ketika kita proaktif dipolitisir seakan-akan ada kepentingan didalamnya, ini dan itu, ini yang jadi masalah,” pungkas pria yang sempat menjabat Ketua Kamar Dagang dan Industri Kota Tarakan ini.(sur/fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Investor Tambang Bersengketa Dengan Warga
Redaktur : Tim Redaksi