jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan tingkat inflasi Indonesia masih lebih baik dari negara lain.
Pada Juli 2022, masih tertahan di level 4,94 persen secara year on year (yoy) karena masih didukung alokasi subsidi dan kompensasi yang diberikan pemerintah.
BACA JUGA: NFA Lakukan Sejumlah Langkah Ini untuk Kendalikan Inflasi Pangan
“Inflasi Indonesia per Juli 2022 adalah 4,94 persen (yoy), masih lebih baik dibanding beberapa negara seperti Turki yang inflasinya 79%, Uni Eropa 8,9%, atau AS yang 8,5 persen. Angka inflasi Indonesia itu karena besarnya subsidi untuk energi dari APBN yang mencapai Rp 502 triliun,” kata Jokowi dalam akun twitter pribadinya @jokowi dikutip Jumat (19/8).
Menurut Jokowi, inflasi tersebut masih didukung dengan tidak naiknya harga BBM, listrik dan elpiji di tengah krisis energi yang dihadapi dunia.
BACA JUGA: Ganjar Pranowo Luncurkan Aplikasi SiHaTi Untuk Kendalikan Inflasi di Jateng
“Pertalite, Pertamax, solar, elpiji, listrik itu bukan harga yang sebenarnya, bukan harga keekonomian, melainkan harga yang disubsidi oleh pemerintah tadi," ujarnya.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah Redjalam mengatakan pemerintah Indonesia masih on the track dalam menahan laju inflasi dibandingkan negara lain sebab memiliki 2 alasan utama.
BACA JUGA: Presiden Sorot 5 Daerah dengan Tingkat Inflasi Tertinggi, Tolong Dibereskan!
Pertama, dikarenakan di Indonesia itu produsen belum sepenuhnya mentransmisikan kenaikan harga bahan baku mereka ke harga konsumen.
“Hal ini terlihat di statistik di mana inflasi di tingkat produsen yang kita lihat dari indeks harga produsen itu juga naik di sekitaran 20 persen Indeks Harga Konsumen atau yang disebut IHK itu masih di sekitaran 4,94 tadi,” ujar Piter, Jumat (19/8).
“Jadi, itu kan ada gap. Itu mencerminkan bagaimana produsen walaupun bahan bakunya itu sudah naik dia tidak menaikkan harga konsumennya. Harga akhirnya itu sebesar kenaikan harga bahan baku. Kedelai naik 100 persen, tempenya mungkin naik cuman 50 persen atau gandum sudah terbang tinggi harganya tetapi harga roti termasuk Indomie belum naik terlalu tinggi,” imbuhnya.
Kedua, lanjut Piter, Indonesia berhasil mengendalikan inflasi karena adanya subsidi energi dari pemerintah kepada masyarakat, seperti bahan bakar minyak (BBM), gas, listrik. Bahkan Presiden Jokowi menyebutkan telah mengeluarkan subsidi sebesar Rp 502 triliun untuk menekan harga pasar.
Menurut Piter, penyebab harga-harga masih bisa bertahan adalah adanya subsidi, BBM, gas listrik itu kita masih subsidi.
“Nah, itu tidak ada di negara lain dua faktor ini, tidak ada di negara lain. Produsen tidak bisa melakukan itu karena faktor kedua yaitu tidak adanya subsidi dari pemerintah terutama dari sisi energi,” bebernya.
Diketahui, harga minyak mentah saat ini, harga keekonomian pertalite Rp 17.100 per liter. Sementara, Indonesia masih menjual di harga Rp 7.650 per liter. Begitu juga solar harga keekonomiannya saat ini Rp 19 ribu per liter namun Pertamina masih menjual Rp 5.150 per liter.
Di negara lain di dunia harga pertalite menjadi Rp17 ribu per liter dan bahkan ada yang Rp 31 ribu per liter. Pertamax pun saat ini harganya disubsidi sehingga hanya dijual Rp 12.500 per liter, karena harga keekonomiannya sebetulnya Rp 17.300 per liter.
“Kan kita tahu kalau di Eropa di Amerika itu harga di BBM itu sudah naik berkali-kali lipat setidaknya dua kali lipat harganya ada yang mendekati 3 kali lipat jadi itu benar-benar mendorong kenaikan inflasi,” ucap Piter.
Piter berharap dan mendorong pemerintah dapat terus menjaga inflasi itu terkendali dan untuk itu syaratnya adalah pemerintah tidak menaikkan harga BBM subsidi, termasuk tidak menaikkan listrik subsidi sebab kalau itu terjadi inflasi bisa meledak.
“Dan utama itu dengan tidak menaikkan harga BBM. Sepanjang pemerintah belum menaikkan harga BBM subsidi, saya kira masih on the track,” ujar Piter.(fri/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Friederich Batari