jpnn.com, MEDAN - Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkuham) wilayah Sumut langsung mengevaluasi kinerja seluruh pegawai termasuk Kepala Lapas Klas IA Tanjung Gusta Medan, Asep Syarifuddin, terkait kaburnya 4 napi dari Lapas tersebut, Selasa (20/6) subuh.
Dari analisis secara internal dilakukan Divisi Kemenkuham Sumut, ada faktor kelalai petugas mengakibatkan keempat tahanan tersebut, bisa melarikan diri, dengan cara memotong trali besi dan meloncat tembok sekitar 10 meter.
BACA JUGA: Biduan Organ Tunggal Tewas Dikeroyok dan Dilempari Batu, Tragis!
Keempat napi yang kabur itu adalah Hussaini (35) warga Indrapura, Kota Aceh Besar, Aceh, kasus pembunuhan, hukuman 11 tahun penjara, Alhadi (30) warga Tapak Tuan Aceh Selatan, Aceh kasus pembunuhan hukuman 11 tahun penjara, Rudi Rahman warga Aceh Selatan, Aceh, kasus narkoba hukuman 8 tahun penjara dan Muliadi (30) warga Aceh, kasus narkoba hukuman 8 tahun penjara.
Menurut kronologis kabur tahanan itu, dengan menggergaji besi ventilasi penjara. Kaburnya mereka dibantu empat orang rekannya, yakni Saparuddin (30), Yulis (30), M Yusuf dan Fajar (15).
BACA JUGA: Istri Terpaksa Berbuat Terlarang di Rumahnya Lantaran Suami Tak Sanggup Lagi
Keempat orang itu, sudah menyiapkan untuk pelarian keempat napi tersebut dengan barang bukti seperti samurai, golok pisau, tangga lipat, tali nilon panjang 30 meter, tali plastik, besi tenda, tas coklat, satu unit handpone, sarung tangan, sebo.
“Karena ada indikasi berusaha melarikan diri keempat tahanan dimasukkan ke dalam satu jeruji besi yang namanya strap sel. Di tempat itu, para napi justru merancang strategi lebih matang karena kurang pengawasan. Makanya, akan dilakukan evaluasi secara internal,” ungkap Kepala Divisi Pemasyarakatan (Divpas) Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Sumut, Hermawan Yunianto kepada pojoksatu, Kamis (22/6).
BACA JUGA: Foto-foto Insiden Biduan Organ Tunggal Tewas Dikeroyok dan Dilempari Batu
Hermawan menyebut, modus operandi yang dilakukan napi melarikan diri itu menggunakan gergaji untuk memotong teralis yang ketebalannya 22 mm. Para napi yang mencoba kabur tersebut diperkirakan menggunakan telepon seluler menghubungi rekannya untuk menjemput di Lapas.
“Yang menjadi pertanyaan saya kenapa dia bisa menghubungi kawannya begitu dia lari. Berarti kan ada HP. Selain itu, dari mana mereka bisa dapat gergaji itu. Jadi yang digergaji itu teralis dilakukan secara bertahap, nggak mungkin sehari itu bisa dikerjakan Besinya ukuran 22 mm, besi standar lapas. Kalau bukan orang yang jago-jago betul sulit itu menggergajinya,” ucapnya.
Atas kejadian tersebut, Hermawan mengakui hal itu merupakan kelalaian petugas. “Petugas dalam hal mengontrol maupun memeriksa sarana dan prasana terkait pengamanan seperti pintu, gembok, teralis, lampu penerangan kurang maksimal.
Semua harus dikontrol baik-baik. Kurang jeli mereka (petugas). Itu ada acara untuk mendeteksi apakah jeruji besi digergaji atau tidak. Diketok pakai kayu bisa ketahuan nyaring atau tidak bunyinya,” ungkapnya.
Persoalan lain kata Hermawan, minimnya petugas menjadi penyebab lain minimnya pengawasan.
“Dan ini semua terjadi, lagi-lagi yang ingin saya katakan, sangat tidak seimbang antara petugas yang tersedia dengan yang seharusnya. Seharusnya ada 40 petugas agar bisa seimbang menjaga keamanan para napi dari jumlah yang tersedia saat ini hanya 15 petugas. Selain itu strap sel, tempatnya paling sering dikontrol tapi tidak ada petugas yang ditempatkan di situ, terus terang saja,” ucapnya.
Untuk memuluskan melarikan diri tersebut, mereka menggunaka satu unit mobil Avanza warna hitam, dengan plat nomor BL 935 AZ. Posisi pelarian mereka, berada disisi kiri gedung Lapas Tanjunggusta Medan.
Kemudian, petugas berteriak dan membuat warga berkeluar dari rumah. Dibantu oleh warga mobil tersebut dikejar. Karena, bercampur panik, akhirnya mobil yang kendari oleh M Yusuf langsung menabrak 3 unit rumah di Jalan Lembaga Pemasyarakat, Kecamatan Medan Helvetia, Medan, berjarak 400 meter dari Lapas itu.
Sementara itu, Kepala Pengamanan Lapas Klas I A Tanjunggusta Medan, Muda Husni mengatakan, pihaknya bergerak cepat memperbaiki lubang ventilasi yang jebol dirusak napi yang kabur. Kata Husni, bagian ventilasi yang jebol sudah dilas.
“Besi ventilasi yang sempat digergaji oleh napi kemarin kami las kembali seperti semula. Besinya kami buat sekokoh mungkin agar tidak mudah dijebol lagi,” katanya.
Husni mengatakan, setelah kejadian napi kabur itu, dirinya telah mengumpulkan semua petugas jaga. Katanya, setiap petugas jaga diminta memperketat pengawasan di blok yang jarang terpantau mata.
“Saya sudah ingatkan pada petugas jaga, blok-blok tahanan itu harus dikontrol secara rutin. Mereka sudah saya minta lebih teliti melakukan pengawasan,” katanya.
Terkait kasus ini, Husni juga mengaku meminta bantuan polisi untuk mengejar Rudi Rahman Bin Rasidin (32), terpidana narkotika yang kabur saat sahur kemarin. Katanya, pihak lapas berjanji kejadian serupa tidak akan terulang lagi.
“Satu orang napi yang masih kabur. Tentu, kamu berkordinasi dengan aparat kepolisian,” kata Husni lewat sambungan telepon.
Menyangkut kasus ini, beredar kabar jika napi bernama Rudi masih berada di seputaran Hamparan Perak. Yang bersangkutan dikabarkan menembus ladang jagung menuju kawasan Binjai.
Untuk saat ini, dua napi dan 4 orang rekannya sudah membaik. Namun, masih dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Medan.
Sedangkan, proses hukum dan proses penyidikan kasus ditangani oleh Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polrestabes Medan. (fir)
Redaktur & Reporter : Budi