jpnn.com, MATARAM - Pengembangan sektor pertanian dan sektor pariwisata di NTB dinilai perlu mulai dikolaborasikan agar bisa bermanfaat bagi masyarakat khususnya para petani.
Anggota DPRD NTB H Lalu Hadrian Irfani mengatakan, dua sektor unggulan ini harus bisa berjalan berdampingan secara terintegrasi dan berkesinambungan.
BACA JUGA: Bus Pariwisata Tabrak Truk di Tol Pekanbaru-Dumai, 5 Penumpang Luka-luka
"Kedepan perlu ada inisiatif untuk mendorong kolaborasi dan elaborasi sektor pariwisata dan sektor pertanian secara luas" katanya kepada media, Senin (21/8).
Ketua DPW PKB NTB ini juga menjelaskan, salah satu konsep yang bisa dikembangkan untuk menjembatani sektor pariwisata dan pertanian adalah agrowisata.
BACA JUGA: Lestari Moerdijat: Kinerja Sektor Pariwisata Harus Konsisten
Agrowisata merupakan sebuah aktivitas yang mengkombinasikan sektor pariwisata dan sektor pertanian dalam satu bentuk usaha, sebagai upaya sektor pertanian meningkatkan kualitas hidup kaum tani.
Menurutnya, agrowisata merupakan tuntutan akan pariwisata yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab.
BACA JUGA: PT Manna Indonesia Group & INARIS Promosikan Produk UMKM-Pariwisata RI ke Pasar Eurasia
Agrowisata adalah pemanfaatan alam sebagai atraksi wisata, pariwisata berwawasan pertanian yang memanfaatkan usaha pertanian sebagai objek.
"Sebagai pariwisata dengan peminatan khusus, agrowisata dapat dipandang sebagai pariwisata alternatif ketika sektor pariwisata melibatkan petani dalam usaha pariwisata," paparnya.
"Keterlibatan petani dalam pengembangan pariwisata merupakan syarat utama keberlanjutan pembangunan agrowisata," sambungnya.
Hadrian memaparkan, keterlibatan ini terkait dengan partisipasi, pemberdayaan ataupun perencanaan partisipatif melalui pengembangan sektor pertanian dan sektor pariwisata menciptakan model agrowisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Baginya melalui pengembangan agrowisata, petani diyakinkan untuk mampu menjadi pemangku kepentingan yang proaktif.
"Potensi untuk agrowisata di Lombok ini sangat besar. Agrowisata bisa dikemas sesuai dengan ruang lingkup dan potensi daya tariknya," ujarnya.
Menurut Calon Anggota DPR RI Dapil 2 NTB (Pulau Lombok) ini, masing-masing jenis agrowisata tersebut memiliki karakter yang berbeda sehingga memerlukan pengelolaan yang berbeda pula.
Agrowisata tanaman pangan dan hortikultura menyajikan berbagai kreasi dan proses kegiatan mulai dari pra panen, pasca panen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya.
Daya tarik objek wisata yang ditawarkan bisa berupa bunga-bungaan, yakni menampilkan nilai kekhasan bunga Indonesia, cara pemeliharaan yang masih tradisional, seni keindahan bunga seperti merangkai bunga, pameran bunga, taman bunga dan sebagainya.
"Atau, buah-buahan. yakni dengan menampilkan kebun buah-buahan pada umumnya di desa atau pegunungan dan mempunyai pemandangan alam sekitar yang indah," imbuhnya.
Sementara itu, agrowisata perkebunan menawarkan daya tarik historis dari areal perkebunan tersebut.
Pemandangan dan udara segar, cara konvensional dalam pola tanam, teknik pengolahan ataupun proses pengemasan hasil produk olahan.
"Pengembangan agrowisata ini akan berdampak pada aspek sosio-psikologis, aspek ekonomis, aspek lingkungan.
Dia menyebut, aspek sosiopsikologis dari agrowisata untuk memberikan keterampilan, wirausaha, pengalaman, dan profesi baru bagi petani.
Dipaparkan, aspek ekonomis dari agrowisata untuk menstimulasi pengembangan fasilitas akomodasi, pengembangan pertanian, penyediaan kesempatan kerja, dan mengurangi pengangguran.
Aspek lingkungan dari agrowisata untuk peningkatan perlindungan sumber daya alam dan lingkungan, pengembangan infrastruktur lokal, pemanfaatan sumber daya manusia.
"Agrowisata dapat memunculkan peluang bagi petani lokal untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan taraf hidup serta kelangsungan usaha mereka," tegas Hadrian
Saat ini, papar Hadrian, sektor pariwisata di Lombok dan NTB pada umumnya sudah cukup maju dan berkembang. Terlebih dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Lombok Tengah.
Hanya saja, multiplier efect atau efek domino pariwisata belum bisa dirasakan masyarakat secara maksimal.
Padahal jika dikelola dengan baik dan terintegrasi, pariwisata bisa sangat mendukung pertanian.
Ia mencontohkan, kebutuhan sayuran dan buah-buahan di perhotelan, saat ini masih dominan didatangkan dari luar. Padahal di daerah Lombok dan NTB secara umum hal itu tersedia.
Sehingga selain agrowisata, pola kemitraan petani dengan sektor pariwisata pun harus mulai didorong sejak sekarang.
"Jangan sampai pariwisata sangat maju dan mendunia, tetapi masyarakat khususnya petani hanya jadi penonton," tegasnya.
Hadrian mengakui, produk pertanian lokal memang perlu ditingkatkan dari sisi mutu dan pengelolaan pascapanen.
Sebab perhotelan juga memiliki standar tertentu untuk bisa menerima produk pertanian seperti sayuran dan buah buahan.
Kedepan hal ini yang akan diperjuangkan Lalu Hadrian Irfani jika diberi amanah untuk mewakili masyarakat Lombok di Senayan.
"Insyaallah, ini yang akan saya perjuangkan. Sehingga dua sektor unggulan ini bisa berkembang dengan kolaborasi," Pungkasnya. (mcr38/jpnn)
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Edi Suryansyah