Lamsel Chaos, Tujuh Tewas

Selasa, 30 Oktober 2012 – 07:36 WIB
WAY PANJI -  Bentrok massa kembali pecah di Lampung Selatan (Lamsel). Puluhan ribu massa menyerang Desa Balinuraga dan Desa Sidoreno, Kecamatan Way Panji, Lamsel, sekitar pukul 15.20 WIB, kemarin (29/12).

Hingga pukul 23.00 tadi malam, Rumah Sakit Umum dr. Hi. Abdul Moeloek sudah menerima kiriman 7 mayat dari Kalianda Lampung Selatan.  Tragisnya, 2 diantaranya terpenggal. Dari informasi yang dihimpun Radar Lampung identitas keduanya yakni Wan Putu (41) dan Celang (45), keduanya warga Desa Balinuraga.

’’Kalau melihat kejadiannya, tidak menutup kemungkinan korban meninggal lebih dari 7 orang. Karena hampir 10 ribu pemuda menyerang Desa Balinuraga dan Desa Sidoreno yang hanya berkekuatan 2 ribu massa. Mereka juga membakar apa saja yang dilalui, banyak rumah yang terbakar,’’ tutur sumber Radar Lampung, yang menolak namanya disebutkan.

Meski demikian Polda Lampung membantah banyak korban yang tewas. ’’Ya kita masih cari identitasnya. Ada enam yang tewas,’’ kata Kabid Humas Polda Lampung AKBP Sulistyaningsih, kepada Radar Lampung tadi malam.

Selain itu, dua orang juga luka-luka akibat kejadian itu. Mereka adalah Adi (30), warga Bandar Dalam, Sidomulyo. Ia mengalami luka bacok pada kaki sebelah kiri hingga menyebabkan urat nadi terputus, kemudian Izal (35) warga Negeri Pandan, Kalianda.

Ia mengalami luka robek pada bagian kepala. Keduanya saat ini masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bob Bazar, Kalianda. Dengan demikian, sudah 10  korban tewas akibat bentrok yang terjadi selama dua hari berturut-turut.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar Lampung (Grup JPNN), sebelum bentrok dua kelompok pecah, massa sempat membakar mobil patroli Dit Shabara Polda Lampung. Mereka marah melihat salah satu warga bernama Firdaus (33) tertembak peluru petugas saat menghalau kerumunan.

Setelah bentrok dengan polisi diredam, massa mulai bergeser dan berkumpul di lapangan Dusun Waringin Harjo, Desa Agom, Kecamatan Kalianda, sekitar pukul 10.00 wib. Massa bekumpul disana hingga pukul 13.00 WIB.

Dengan membawa berbagai jenis senjata tajam (sajam),  mulai dari celurit, bambu runcing, pedang dan golok, massa kemudian bergerak maju ke arah Desa Balinuraga. Namun, sekitar pukul 13.40 wib, massa tertahan di Desa patok, Kecamatan Waypanji oleh puluhan personel anggota Polisi. Namun itu tidak berlangsung lama. Hanya sekitar 15 menit dan massa kembali bergerak. Namun, sekitar pukul 14.45 wib, massa kembali  tertahan di perbatasan antara Desa Sidoharjo dan Sidoreno oleh ratusan personel gabungan Dalmas (pengendali massa) dan Brimob.

Disana, massa sempat bersitegang dengan aparat. Bahkan, gabungan personel Polri yang langsung dipimpin Kapolres Lamsel, AKBP Tatar Nugroho sempat melepaskan gas air mata untuk menghadang massa.

Namun, massa yang sudah bertekad bulat menyerang Desa Balinuraga terus bergerak maju. Mereka kemudian berpencar dan menerobos masuk ke Desa Sidoreno dan Balinuraga melalui pematang sawah dan jalan-jalan sempit di desa itu. Aparat Kepolisian dan TNI tidak dapat berbuat banyak menghadang  massa. Karena jumlah massa yang mencapai puluhan ribu.    

Sementara, sekitar seribuan massa juga sudah siap siaga di Desa Sidoreno dan Balinuraga dengan membawa berbagai jenis sajam. Melihat desanya sudah dimasuki massa, mereka menyambutnya dengan senjata. Sehingga, bentrok pun tidak dapat terelakkan. Perang pun mulai terjadi disekitaran pematang sawah. Selain saling hantam, massa juga merusak rumah dan membakar rumah warga dengan melemparinya dengan bom ikan.

Penyerangan yang hanya berlangsung sekitar satu setengah jam itu mengakibatkan Desa Sidoreno dan Balinuraga luluh lantak. Korban berjatuhan dan ratusan rumah terbakar.

Kapolres Lamsel, AKBP Tatar Nugroho saat dikonfirmasi di lokasi kejadian mengatakan, pihaknya masih mengidentifikasi korban.  ’’Belum diketahui secara pasti jumlah dan identitasnya,’’ katanya singkat.

Terpisah, tokoh masyarakat Lampung, Edwarsyah Pernong mengaku sedih dengan adanya kekerarasan di kabupaten Lampung Selatan. Ia menyayangkan adanya tindakan provokatif dari oknum yang mengatasnamakan salah satu kelompok.

’’Saya mendapat telepon dari Kapolres Lambar ada 3.000 masyarakat Lambar yang bergerak ke Lampung Selatan untuk membantu masyarakat disana,  sudah saya cegah dan mereka tidak jadi berangkat. Yang harus kita ingat di provinsi ini, kita semua bersaudara,’’ujarnya.

Dia juga berpesan kepada seluruh Saibatin disana untuk meredam massa dan menyelesaikan secara mufakat untuk mencari titik-titik kesepahaman, jangan mencari salah dan benar.  ’’Hilangkan ego kedaerahan karena semuanya bersaudara, jangan sampai lagi korban berjatuhan,’’ tutupnya.

Diketahui bentrok kemarin merupakan rentetan dari bentrok Minggu (28/12). Saat itu tiga tewas dan tiga lainnya luka parah dalam bentrok yang terjadi di Desa Sidoreno, Kecamatan Way Panji, Lamsel.

Korban tewas dalam kejadian itu adalah Marhadan (35) bin Samsunir Warga Dusun jembat Besi Desa Gunung Terang Kecamatan Kalianda. Ia tewas karena mengalami luka robek pada leher dan paha sebelah kanan, robek kepala bagian belakang dan luka robek bagian pinggang sebelah kiri.   

Kemudian Jahya (30) bin Abdullah warga Desa Jati Permai Kecamatan Kalianda. Ia mengalami luka robek pada muka, perut dan paha sebelah kiri dan luka robek tak beraturan pada bagian punggung.

Lalu, Alwin (35) bin Solihin warga Desa Sukaraja Tajimalela Kecamatan Palas, mengalami luka robek pada bagian muka, kepala bagian belakang dan bagian dada. (dur/p3/ary)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Siapkan Operasi Besar di Tamanjeka

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler