Menurut Dudi, sudah seharusnya ketika kondisi hujan di bandara maka pilot sudah mengetahui ada aqua planning di landasan pacu. “Pilot harusnya sudah tahu bagaimana harusnya pendaratan,” tegasnya menjawab JPNN, Sabtu (3/11).
Seperti diketahui, Pesawat Lion Air JT-716 tergelincir di Bandar Udara Supadio, Kubu Raya, Kalimantan Barat, Kamis (1/11). Pesawat tersebut membawa 166 penumpang.
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Pesawat sudah berhasil dievakuasi dari bandara, Jumat (2/11) pukul 18.00. Insiden ini bukan pertama kalinya di Supadio. Pada Juni 2012 dan Oktober 2012 pesawat Sriwijaya Air juga tergelincir saat akan mendarat di Supadio.
Dudi menambahkan, kalaupun panjang landasan terbatas maka jumlah penumpang dan bagasi harus dikurangi. Sebab Menurutnya, kombinasi keduanya harus diperhatikan. “Kondisinya juga harus diketahui sebelum pendaratan,” kata Dudi.
Namun Dudi meyakini tergelincirnya Lion bukan karena landasan yang basah. Dia menegaskan, jejak pengereman panjang bisa jadi penyebab tergelincirnya pesawat. “Tapi, kecepatan pesawat saat itu kita tidak tahu. Dan untuk mengetahuinya harus membaca black box (kotak hitam) pesawat,” ujarnya.
Dudi menambahkan, banyak faktor yang menjadi penyebab tergelincirnya pesawat. Namun, dia mengaku tidak bisa memastikan penyebab pasti tergelincirnya pesawat yang ketiga kali dalam tahun ini di bandara kebanggaan masyarakat Kalbar itu.
“Apakah juga karena keterampilan pilotnya sendiri. Banyak faktor, memang susah yang mana (menentukan penyebab pastinya),” ungkap Dudi.(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tak Kantongi Izin, Alat Berat Perusahaan Tambang Disegel
Redaktur : Tim Redaksi